Didier Deschamps bicara soal kembalinya sepakbola di tengah pandemi virus Corona. Menurut pelatih Timnas Prancis ini, pertimbangan bisnislah yang menjadi dasar utama dilanjutkannya kompetisi.
Seperti diketahui, Liga Jerman sudah kembali digulirkan 16 Mei lalu. Liga Spanyol, Inggris, dan Italia juga akan mengambil langkah yang sama bulan depan.
Deschamps mengkritik langkah tersebut. Ia menyoroti adanya ketimpangan dalam mengambil keputusan, dalam artian tak semua level kompetisi di negara tersebut kembali bergulir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai contoh, Premier League musim ini kembali dilanjutkan pada 17 Juni, namun Women Super Legue (WSL) yang merupakan kasta tertinggi sepakbola wanita di Inggris justru disetop.
"Di sepakbola, kembali dilanjutkannya kompetisi jelas untuk menjawab masalah ekonomi yang ada," kata Deschamps kepada Le Parisien, dikutip Football Espana.
"Lihat saja keputusan yang diambil di Spanyol dan Inggris. Dua negara besar sepakbola itu berencana menuntaskan La Liga dan Premier League, tapi tak melanjutkan liga sepakbola wanita mereka, yang memang pendapatannya jauh lebih sedikit. Hal itu sudah menjelaskan semuanya," sindir eks pelatih Juventus, AS Monaco, dan Marseille itu.
Kondisi tersebut sebetulnya memang tak pernah dibantah. Di Jerman, klub-klub Bundesliga terancam mengalami kesulitan finansial andai kompetisi tak dilanjutkan, sebab mereka cukup bergantung pada pemasukan dari hak siar televisi, yang tak akan turun sepenuhnya jika liga dihentikan.
"Kami lega Bundesliga bisa dimulai lagi, karena kalau tidak, bukan hanya Dortmund yang akan terkena masalah (finansial), tapi keseluruhan Bundesliga juga," kata Managing Director Borussia Dortmund, Carsten Cramer, kepada BBC beberapa waktu lalu.
Di Inggris, ada potensi kerugian hingga 1 Miliar Paun (Rp 19 triliun) jika Premier League musim ini gagal dituntaskan, sebagaimana pernah diungkapkan Kepala Eksekutif Liga Inggris, Richard Masters.
(adp/rin)