Perselisihan antara Shin Tae-yong dengan PSSI merebak akhir-akhir ini. Namun itu bukan hubungan tak manis pertama federasi sepakbola Indonesia dengan pelatih asing.
Mundur ke era 2000-an, ada sekitar 10 pelatih asing yang pernah menangani Timnas Indonesia. Mereka adalah Ivan Kolev, Peter Withe, Wilhelmus Rijsbergen, Jacksen F. Tiago, Alfred Riedl, Pieter Huistra, Luis Milla, Simon McMenemy, dan terakhir Shin Tae-yong.
Mayoritas dari pelatih-pelatih asing ini kiprahnya berakhir pahit karena mereka bermasalah dengan PSSI. Tak usah mundur jauh ke belakang, Simon McMenemy, pelatih sebelum Shin Tae-yong, pernah 'dipermalukan' PSSI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria asal Skotlandia dipecat meski belum setahun melatih lantaran kekalahan beruntun Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Meski begitu, Simon tetap diminta datang ke Kuala Lumpur, saat Timnas Indonesia dijamu Timnas Malaysia, 19 November 2019.
Sebelum Simon, Timnas Indonesia dilatih Luis Milla. Nasib pelatih asal Spanyol itu juga tak lebih baik dari Simon.
Konflik yang mereka hadapi dengan PSSI bermacam-macam. Mulai dari vonis tak sesuai ekspektasi hingga masalah kontrak.
Berikut catatan-catatan konflik pelatih asing Timnas Indonesia dengan PSSI:
1. Alfred Riedl
Pelatih asal Austria ini tiga kali menangani Timnas Indonesia. Pertama pada 2010, lalu 2013, dan terakhir 2016.
Kiprah pertamanya langsung berakhir tak manis. Ia dipecat pada 2011 terkait masalah kontrak yang disebut PSSI saat itu dilakukan dengan pihak lain.
Ketum PSSI saat itu, Djohar Arifin, menyebut bahwa Alfred Riedl dikontrak oleh Nirwan Bakrie, bukan dengan PSSI. Saat itu PSSI dan sepakbola nasional memang sedang mengalami dualisme.
PSSI kemudian menunjuk Wim Rijsbergen sebagai penggantinya. Meski sudah dipecat, masalah Riedl dengan PSSI tak berhenti di sana.
Sekitar September 2011 ia pernah dituduh PSSI melakukan provokasi ke pemain Timnas Indonesia asuhan Wim Rijsbergen. Hal itu lantaran Riedl dianggap melakukan pertemuan ilegal dengan para pemain Timnas Indonesia pasca kalah 0-2 dari Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Meski dengan catatan konflik itu, nyatanya PSSI kembali menunjuknya untuk melatih Timnas Indonesia pada 2013. Ia gagal kali ini karena Pasukan Garuda tak lolos fase Grup Piala AFF 2014 dan kedua belah pihak sepakat mengakhiri kerjasama.
Pada 2016 ia kembali ditunjuk lagi tak lama setelah FIFA mencabut sanksi internasional kepada PSSI. Ia dianggap cukup berhasil membawa Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2016 meski dengan segala pembatasan.
Misalnya, ia cuma bisa memanggil maksimal dua pemain dari setiap klub lantaran kompetisi domestik masih berjalan. Meski begitu, PSSI tetap saja memutus kontrak Riedl dan kemudian menunjuk Luis Milla.
![]() |
2. Luis Manuel Blanco
Bisa dibilang pelatih asal Argentina ini jadi yang paling malang. Ia ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia senior dan U-23 pada 7 Februari 2013.
Para pemain kabarnya sempat memboikot latihan di bawah kepemimpinan Blanco. Salah satu penyebabnya adalah pencoretan 14 dari 21 pemain karena dianggap melakukan tindakan indisipliner.
Lebih mengejutkan lagi, beberapa anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI dikabarkan tak mengetahui penunjukkan Blanco menjadi pelatih Timnas Indonesia. Hal itu pula yang membuat PSSI meralat kontraknya dengan Blanco.
Tak sampai sebulan, ia sudah dipecat oleh PSSI dan belum mendapatkan kesempatan melatih di pertandingan resmi. Ia tak senang dengan keputusan tersebut.
Pria kelahiran 1953 itu pun menyebut melatih Timnas Indonesia sebagai pengalaman terburuk dalam kariernya. Ia juga melaporkan pemecatan ini ke Kedutaan Besar Argentina di Indonesia.