Penetapan enam venue Piala Dunia U-20 2021 yang diklaim PSSI diklarifikasi oleh Kemenpora dan disebut bukan keputusan resmi. PSSI pun memberikan tanggapannya.
Sekretaris Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto, menyebut bahwa PSSI melakukan klaim sepihak soal penetapan enam venue Piala Dunia U-20. Disebut Gatot itu bukan keputusan resmi dari FIFA. Seharusnya memang FIFA yang menetapkan dan memilih venue.
FIFA sendiri memang belum memutuskan venue dari 10-11 kandidat yang disiapkan Indonesia. Seharusnya FIFA sudah berkunjung untuk melakukan survey ke Indonesia sejak Maret lalu, namun tak kunjung terlaksana karena pandemi virus corona.
Adapun enam venue yang ditetapkan PSSI adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno Stadium (SUGBK), Gelora Sriwijaya, Manahan, Si Jalak Harupat, Gelora Bung Tomo, dan I Wayan Dipta. PSSI kemudian bersurat ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk segera melakukan renovasi terhadap enam stadion itu.
Terkait bantahan Kemenpora, PSSI mengakui bahwa keputusan resmi nantinya menjadi kewenangan FIFA. Soal penetapan enam venue oleh PSSI, itu hanya bersifat usulan saja.
"Kami sudah kirimkan surat dari Pak Sekjen (Yunus Nusi) tembusannya ke Kemenpora. Kalau stadion nanti FIFA yang menentukan. Pemerintah tinggal diberitahu nantinya," kata Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, kepada wartawan, Minggu (29/6/2020).
"Karena sampai sekarang kami sudah berikan di sana, di sana diberikan ke kami maka kami keluarkan daftar enam itu untuk bisa akselerasi pembangunan oleh KemenPUPR," ujarnya menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada perbedaan stadion yang ditetapkan PSSI dibandingkan dengan daftar yang sempat beredar sebelumnya. Stadion Gelora Sriwijaya dan Stadion Si Jalak Harupat kini diikutsertakan.
Padahal dua stadion itu sebelumnya berstatus opsi cadangan. Keduanya menggantikan Pakansari serta Mandala Krida. Di sisi lain, Pakansari dikabarkan akan segera melakukan renovasi setelah mendapat perintah dari Kemenpora pada 10 Juni lalu.
"Jadi itu kami berikan surat ke FIFA. Kami jelaskan ke PUPR bahwa kami merekomendasikan enam stadion ini. Toh enam ini sudah terakomodir. Seperti jakabaring, bukannya tak pernah gelar event internasional. Justru sudah lengkap di sana," tutur Iriawan.
"Kemudian SUGBK. Jadi, Sumatra 1, lalu Jakarta, Bandung, Jawa Tengah yakni Manahan di Solo, Surabaya. Surabaya itu luar biasa dengan kelengkapan stadion pendukung. kemudian bali. Bali wajar karena daerah wisata dan orang2-orang FIFA senang kalau ke Bali. Saya rasa nggak ada masalah itu," ujarnya.
(aff/yna)