Sejak era modern, sepakbola telah beranjak jauh dari sekadar permainan di lapangan hijau. Setiap pertandingannya juga merupakan arena pertarungan industri. Piala Dunia sebagai ajang sepakbola terbesar di jagat raya menjadi lahannya yang utama.
Adidas dan Nike, misalnya. Dua perusahaan apparel terbesar di dunia ini saling duel sejak 1990. Keduanya berlomba-lomba mengontrak tim dan pemain terbaik untuk mendongkrak citra positif dan menunjukkan siapa yang lebih unggul.
Persaingan keduanya di Piala Dunia dimulai pada 1994 di Amerika Serikat. Adidas memasuki turnamen dengan status sponsor utama FIFA sejak 1970 --baru-baru ini memperpanjang hingga 2030-- dan sudah berpengalaman sejak tahu 1920an di persepakbolaan. Merk yang didirikan oleh Adolf Dassler ini bisa dibilang 'anak emas' FIFA dan tak punya saingan yang hampir setara.
Maka tak mengherankan jika sebagian besar negara di Piala Dunia 1994 mengenakan seragam dari Adidas. Setidaknya sembilan tim disponsori oleh perusahaan Bavaria tersebut antara lain: Amerika Serikat (AS), Swedia, Bulgaria, Rumania, Nigeria, Norwegia, Republik Irlandia, Spanyol, Jerman, dan Argentina.
Jika AS yang notabene negara asal Nike saja menggunakan seragam buatan Adidas, maka tentu bisa ditebak jika di Piala Dunia tersebut tak satupun tim disponsori oleh Nike. Tapi bukan berarti Nike tanpa perlawanan, di mana mereka berhasil mengontrak 10 pemain untuk mengenakan Tiempo, termasuk di dalamnya adalah bintang Brasil Romario dan pemain muda Italia Paolo Maldini.
Menariknya, justru Nike yang kemudian berjaya di Piala Dunia 1994. Satu per satu tim yang didukung Adidas berguguran, menyisakan Brasil (Umbro) dan Italia (Diadora) di final. Seperti diketahui kemudian, Brasil jadi juara di mana Romario menjadi bintang di laga final dan meraih penghargaan Bola Emas.
Nike sejak saat itu kian serius menggarap pasar sepakbola. Mereka bahkan memelopori sepatu ringan dengan meluncurkan Nike Mercurial di mana Ronaldo (Brasil) menjadi ikonnya. Tapi mereka justru menelan pil pahit di Piala Dunia 1998.
Nike dan Adidas beradu muka langsung pada final Piala Dunia 1998, menjadi yang pertama kalinya. Nike diwakili oleh Brasil sementara Adidas diwakili Prancis. Yang terjadi kemudian adalah Brasil kalah telak 0-3 oleh Prancis lewat dua gol Zinedine Zidane dan satu gol Emmanuel Petit. Bagaimanapun, Nike bisa sedikit menghibur diri setelah Ronaldo mendapatkan penghargaan Bola Emas di akhir turnamen.
Situasi lantas berbalik di Piala Dunia 2002 Korea Selatan dan Jepang. Brasil, masih mengenakan Nike, berhasil kembali ke partai final dan sukses menaklukkan Jerman, negara Adidas tulen. Nike menegaskan keunggulan dengan mengantarkan Ronaldo sebagai top skorer, sementara Adidas melipur lara lewat penghargaan Bola Emas dan Lev Yashin Award yang direngkuh Oliver Kahn.
Pada Piala Dunia 2006, Adidas dan Nike sama-sama 'kalah'. Nike tak mengirim wakil ke final, sementara Adidas diusung Prancis berlaga di partai puncak berhadapan dengan Italia (Puma).
Lewat adu penalti kemudian Gli Azzurri merengkuh gelar juara, yang tentu menambah luka Adidas. Bagaimana tidak? Setelah di edisi sebelumnya kalah dari Nike, kali ini mereka menelan pil pahit dari Puma yang merupakan lawan sedarah sejak 1948. Adidas dan Puma sejatinya merupakan saudara kandung menilik pendirinya (Adolf Dassler dan Rudolf Dassler), tapi keduanya berselisih lantas pecah kongsi.
Adidas sendiri akhirnya berhasil membalas kekalahan dari Nike di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, saat Spanyol mengandaskan Belanda di final 1-0 lewat perpanjangan waktu. Adidas juga berjaya di kategori individu, di mana gelar top skorer, pemain terbaik, dan kiper terbaik seluruhnya mengenakan sepatu Adidas. Tapi Nike masih tetap bisa berbangga, mengingat Andres Iniesta yang mencetak gol kemenangan Spanyol adalah pengguna sepatu Nike Elite.
Sebagaimana Piala Dunia yang sebelum-sebelumnya, Piala Dunia 2014 nanti juga akan jadi lahan pertarungan Nike dan Adidas. Jika Nike punya Brasil, Portugal, Belanda, dan Cristiano Ronaldo, maka Adidas punya Spanyol, Argentina, Jerman, dan Lionel Messi sebagai ikon utama.
Tapi Nike boleh menepuk dada menatap turnamen kali ini mengingat mereka akan mendukung 10 tim peserta, satu tim lebih banyak daripada Adidas. Jumlah tersebut juga merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah Nike di Piala Dunia.
Sementara jika ditilik dari segi popularitas, Nike sejauh ini masih mengungguli Adidas. Hingga hari Rabu (4/6) ini, fan page Facebook Nike mendapatkan 36 juta 'Likes' sedangkan Adidas hanya 17 juta. Di Twitter, Nike juga unggul jumlah followers dengan 1,98 juta di mana Adidas hanya 1,2.
Dari segi ekonomi, Nike juga masih unggul di mana mereka merupakan perusahaan peralatan olahraga terbesar, berpendapatan mencapai 25 miliar dolar Amerika. Adidas mengikuti di belakangnya dengan 20 miliar dolar Amerika. Tapi mengingat kembali bahwa Adidas adalah rekanan resmi FIFA, mereka tentu berhak mendapatkan porsi promosi besar sepanjang turnamen.
Bagaimanapun, hal-hal tersebut tak lantas menjamin siapa yang berjaya di Brasil nanti. Jadi, Nike atau Adidas?
(raw/mrp)