Ditanya-tanya Soal Indonesia dan Pengalaman Melayani Tim Belanda

Catatan dari Brasil

Ditanya-tanya Soal Indonesia dan Pengalaman Melayani Tim Belanda

- Sepakbola
Kamis, 19 Jun 2014 17:16 WIB
Porto Alegre -

Akhirnya yang paling saya tunggu-tunggu datang juga. Dua pertandingan pertama di Estadio Beira-Rio digelar dan saya ada di sana untuk menyambut semua orang.

Ya ya ya, tentu saja tidak semua orang, melainkan hanya orang-orang yang memiliki akses VIP ke stadion tersebut. Ya itu karena tugas saya sebagai volunteer di kota Porto Alegre ini adalah di bagian depan stadion. [Baca catatan sebelumnya di sini]

Pertandingan pertama adalah Prancis versus Honduras (15/6). Saya ditugaskan menyambut tetamu VIP di gerbang utama stadion, dan saya berdiri persis di samping papan bertuliskan VIP. Alhasil, semua orang VIP selalu bertanya kepada saya, di mana pintu masuknya. Ah, saya merasa jadi Very Important Person juga deh, hehehe....

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai penyambut tamu, tentu saya harus melayani mereka dengan baik, menebar senyum sepanjang hari. Tapi saya memang pada dasarnya murah senyum kok, hahaha.... Segala informasi yang mereka tanyakan, harus saya jawab dengan baik. Sesekali juga saya membantu orang yang minta tolong untuk difoto.

Hari itu perasaan saya senang campur deg-degan juga. Maklum, hari pertandingan, dan saya harus melayani banyak orang di situ. Yang bikin saya juga sedikit H2C (Harap-Harap Cemas) adalah jika orang-orang Prancis itu akan bertanya dengan bahasa mereka. Soalnya saya memang mengerti. Maka, kalau itu terjadi, dan mereka sepertinya tidak juga memahami bahasa Inggris ataupun Spanyol yang saya kuasai, senjata andalan saya adalah…. bahasa isyarat. Ampuh kok.

Yang paling menyenangkan berdiri di pintu VIP itu adalah, banyak orang bertanya dari mana asal saya. Dan setiap kali menyebut 'Indonesia', banyak yang tertarik. Tidak sedikit dari mereka yang menanyakan soal Bali, Lombok, batik, Jakarta, dan lain-lain. Rasanya bangga sekali karena semua orang tahu Indonesia dan mereka mengungkapkan kekagumannya pada tempat-tempat wisata di negara kita. Senang juga rasanya bisa sesekali jadi pusat perhatian setelah mereka tahu saya dari Indonesia.

Sepanjang siang sampai menjelang malam itu sangatlah melelahkan, tapi sungguh amat menyenangkan.


Belanda vs Australia

Tiga hari kemudian, pertandingan kedua di Estadio Beira-Rio digelar: Belanda melawan Australia. Dua-duanya "dekat" dengan Indonesia bukan? Belanda pernah menjajah kita, sedangkan Australia tetangga Indonesia di sebelah tenggara.

Nah, sehari sebelum pertandingan, tugas saya digilir ke posisi khusus pemain, pelatih, dan staf. Pertama, saya ikut menyambut rombongan Australia yang datang pukul 11.50 untuk latihan di stadion. Sebelum bus datang, sekitar 300-an fans menunggu di depan gerbang stadion. Bus datang dan atas perintah saya --hehehe, maklum "tukang parkir"-- bus berhenti di tempat yang saya tentukan.

Yang lucu, bus seharusnya masuk ke garasi stadion. Tapi, ternyata lebar garasi tidak cukup, sehingga bus harus berhenti di luar. Ini cukup memalukan buat panitia, tapi menguntungkan buat para volunteer termasuk saya, karena bisa melihat langsung dari jarak yang sangat dekat dengan para pemain Australia. Beberapa dari mereka tertawa-tawa karena bus tidak muat masuk garasi. Maklum, stadion ini bukan baru melainkan hanya direnovasi, dan garasi bus tim tidak diperbarui. Ah, pokoknya saya bisa lihat dari dekat Tim Cahill dan tato-nya itu, hehehe.



Tim Australia berlatih di sana selama satu jam dan setelah itu mereka kembali ke hotel. Selang 10 menit kemudian, datang tim Belanda. Seperti yang pertama, tugas saya adalah "memberhentikan" bus pada tempatnya. Dan sekali lagi saya terperangah bisa melihat satu per satu para pemain skuat "Oranye": Robin van Persie, Arjen Robben, Daley Blind, dan semuanya deh. Sayangnya, kami tentu saja tidak diperbolehkan mengambil gambar, karena tugas kami di sana adalah bekerja

Setelah tim masuk stadion, volunteer diberi waktu beristirahat. Bekerja sebagai relawan Piala Dunia 2014 sangatlah berkesan bagi kami. Kami punya tempat berkumpul yang menjadi pusat pertemuan seluruh volunteer. Tempat ini bernama Gigantinho. Ruangan besar ini berada persis di samping gedung stadion. Di dalamnya tersedia ruangan besar yang terbagi menjadi dua bagian: ruang makan dan ruang santai.

Terdapat berbagai permainan yang disediakan buat para volunteer untuk sekadar mengusir kebosanan dengan hal-hal yang menyenangkan. Juga disediakan 10 unit laptop sekaligus fasilitas wifi sehingga kapan saja kami bisa menggunakannya.






Tidak sampai setengah jam kami di ruang istirahat, kami mendapat panggilan bahwa tim Belanda mengizinkan siapapun di stadion untuk menonton mereka latihan. Wow, kesempatan emas bagi kami tentunya, dan saya dengan semangat 45 segera ikut masuk ke dalam stadion untuk menyaksikan sesi latihan tersebut.

Setelah Belanda menyelesaikan semua urusannya di sana, mereka pun menaiki bus untuk kembali ke hotel. Bus mereka unik, bertuliskan "Real Men Wear Orange".






Keesokan harinya, tibalah hari pertandingan. Dua jam sebelum kickoff, kedua tim sudah datang di stadion. Tepat pukul 1 siang waktu setempat, pertandingan dimulai dan berakhir dengan skor 3-2 untuk Belanda.

Sehabis itu, giliran kami siap-siap sibuk lagi untuk mengurus kepulangan rombongan tim. Pemain-pemain Belanda keluar stadion dan masuk bus dengan wajah sumringah, penuh canda tawa satu sama lain. Sementara Australia, para pemainnya keluar satu per satu dengan wajah datar tanpa ekspresi apa-apa. Ya, namanya juga habis kalah dan mereka tersingkir.

Yang istimewa lagi adalah, Ratu dan Raja Belanda ikut menonton langsung pertandingan timnya di stadion. Dan mereka keluar stadion dengan rona bahagia. Tentu saja.

Sebuah pemandangan yang saya kagumi dari Belanda adalah, mereka tidak menutup diri dari para pendukungnya. Mereka melebarkan tirai di jendela bus supaya bisa dilihat dari luar. Wesley Sneijder dkk. dengan asyik membalas lambaian tangan fans mereka, yang mengelu-elukan mereka di pinggir jalan.

Begitu pula kala sesi latihan sebelumnya. Selain memberi kesempatan buat para volunteer menyaksikan latihan tersebut, setelah selesai mereka pun tidak langsung ngacir ke bus. Mereka berdiri-diri sejak di samping bus, melihat-lihat lingkungan stadion, dan juga tersenyum kepada orang-orang di sekitarnya, seperti sekuriti, volunteer, dan lain-lainnya. Kereen....

Berikutnya kami akan menyambut pertandingan Korea Selatan versus Aljazair pada 22 Juni; lalu Argentina vs Nigeria pada 25 Juni. Pertandingan terakhir di Porto Alegre adalah babak 16 besar, antara juara Grup G melawan runner-up Grup H, pada 30 Juni jam 5 sore waktu setempat.

Sampai jumpa lagi.

Salam,
Vidyah Payapo
@vidyahpooh


===
Baca juga:
Menjejak Negeri Samba, Insiden Hari Pertama, dan Name Tag Indonesia

(a2s/krs)

Hide Ads