Holding Midfielder Tak Berarti DM

Holding Midfielder Tak Berarti DM

- Sepakbola
Sabtu, 19 Apr 2014 11:29 WIB
Busquets dan Carrick (Getty Images)
Jakarta - "Kenapa harus menambah lapisan emas pada (mobil) Bentley ketika Anda kehilangan mesinnya?" Itulah komentar maestro sepakbola dunia dari Prancis, Zinedine Zidane, ketika Presiden Real Madrid Florentino Perez memilih membuang Claude Makelele setelah berhasil mendatangkan gelandang David Beckham di musim panas 2003.

Mengapa Zidane begitu kehilangan kolega senegaranya tersebut? Padahal Makelele hanya seorang gelandang bertahan. Figur yang kini menjadi asisten pelatih Paris Saint Germain tersebut juga jarang terlibat lebih jauh dalam permainan. Selain itu, Makelele hanya menyumbang satu gol selama tiga tahun memperkuat Madrid.

Bukankah Zidane seharusnya girang lantaran bisa bermain dengan pemain sekelas Beckham – ikon showbiz sepakbola dunia asal Inggris? Tampan, lihai memberi umpan (silang), dan ahli tendangan bebas nan akurat adalah jenama Beckham.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makalele's Role

Meski demikian, peran gelandang seperti Makelele sangat dibutuhkan tim. Tidak menahan bola terlalu lama, tapi mampu menginisiasi serangan. Tidak perlu aktif di sepertiga lapangan lawan, namun signifikan memutus serangan lawan. Tidak perlu banyak mencetak gol, namun setia menjadi pilar pertama penjaga pertahanan agar timnya tak mudah kebobolan. Itulah fungsi gelandang bertahan.



Kepiawaian Makelele dalam memainkan tugas ini maka lahirlah Makelele's Role untuk para pemain holding midfielder.

Ketika berada di tengah lapangan, posisi holding midfielder sama dengan posisi defensif midfielder (DM); yaitu berada di depan bek. Namun holding midfielder punya tugas lebih kompleks ketimbang seorang DM.

Dalam sepakbola klasik, DM adalah pemain dengan tugas destroyer. Pemain yang tak mesti punya kemampuan passing. Tapi harus punya kecepatan, antisipasi, dan tekel sama baiknya. Selain itu, seorang DM klasik juga harus memiliki bodybalance yang baik agar dia mampu beradu tubuh dengan pemain lawan. Edgar Davids, Javier Masherano, Nigel De Jong, ataupun Genaro Gattusosebagian contohnya.

Sedangkan holding midfielder dituntut mempunyai daya jelajah luas. Dia harus mampu menjadi metronom (penjaga irama) sebuah tim. Itu sebabnya seorang holding midfielder juga dituntut punya kemampuan passing yang baik. Mampu menjemput bola, lalu mengalirkannya ke depan.

Selain itu, seorang holding midfielder juga dituntut melakukan screening serangan (lawan) dan mencegah bola agar tak lolos ke dalam kotak penalti timnya.

Jika DM klasik selalu memutus serangan dengan tekel, tidak demikian dengan holding midfielder. Seorang holding midfielder bisa memutus serangan dengan intercept.

Dengan demikian, hal yang terpenting bagi seorang holding midfielder adalah bermain sesimpel mungkin dan seefisien mungkin. Bila DM harus memiliki kecepatan dan tekel yang baik, seorang holding midfielder wajib punya kemampuan positioning yang baik serta disiplin dalam menjaga pertahanannya.

Holding midfileder dan Regista

Holding midfielder berperan pula sebagai inisiator serangan. Itu sebabnya dia wajib punya umpan akurat. Dia sebagai jembatan lini pertahanan dan lini penyerangan. Ketika menguasai bola, dia tak segan menahannya sebagai bagian dari kontrol tempo permainan untuk menanti rekan setimnya kembali ke posisi masing-masing. Tapi tidak jarang, dia mengirim umpan panjang bila situasi menuntut demikian.

Sergio Busquets dan Michael Carrick merupakan "Makelele versi lebih modern". Mereka boleh jadi tak punya skil dan teknik tinggi, tetapi mereka selalu sigap turun ke belakang untuk membantu pertahanan ketika lawan menyerang. Ketika memulai serangan, mereka pula yang pertama kali menjemput bola dari barisan pertahanan. Entah bola dimainkan dulu ke belakang lagi atau langsung dikirim ke depan, mereka yang menentukan. Tergantung situasi di lapangan.

Meski selalu menginisiasi serangan, namun seorang holding midfielder tak melulu harus terlibat di sepertiga akhir lapangan lawan kala timnya menyerang. Karena, seperti namanya, tugas utamanya adalah "hold". Menunggu untuk menahan serangan balik dini dari lawan.

Namun, karena perannya yang selalu menginisiasi serangan, sejumlah pihak menyebut holding midfilder sebagai regista. Benarkah?

Regista adalah terminologi dalam sepakbola Italia. Secara harfiah, regista berarti seorang sutradara (director).

Regista berbeda dengan hodling midfielder. Di atas lapangan, regista adalah peran dan bukan posisi, sehingga tugasnya bisa diemban oleh pemain manapun. Tentu saja seorang holding midfielder bisa berperan sebagai regista. Tapi tidak sebaliknya. Seorang regista belum tentu holding midfielder.



Andrea Pirlo, Bastian Schweinsteiger, ataupun Luka Modric adalah pemain dengan posisi holding midfielder tapi berperan sebagai regista. Seperti biasa, serangan tim juga diawali dari kaki mereka. Mereka tetap menjemput bola dari lini pertahanan, lalu mengalirkannya ke depan. Namun, tidak seperti kebanyakan holding midfielder lainnya, mereka punya daya jelajah yang tinggi. Meski berposisi sebagai holding midfielder, mereka tak jarang berada di sepertiga lapangan lawan untuk membantu rekan-rekannya membongkar pertahanan musuh.

Pemain seperti ini masuk kategori istimewa. Meski berposisi sebagai holding midfielder, mereka juga berkontribusi dalam penyerangan. Berbeda dengan Makelele, Busquets, atau Carrick yang lebih fokus menjaga pertahanan daripada ikut sibuk membongkar pertahanan lawan di sepertiga akhir lapangan musuh.

Ya, meski perannya kurang dihargai, namun holding midfielder sebenarnya sangat dibutuhkan oleh sebuah tim. Ia yang mengatur pertahanan, tapi ia pula orang pertama yang ditugaskan membangun serangan. Ketika lawan bermain keras, seorang holding midfielder dituntut untuk bermain cerdas. Itulah mengapa, ketika kita melihat holding midfielder di tengah lapangan, ia begitu elegan.


====

*akun Twitter penulis: @prasetypo dari @panditfootball

(krs/krs)

Hide Ads