Sebanyak 24 ribu kursi Swedbank Stadion di Kota Malmo sudah dipastikan akan terisi penuh saat Paris Saint Germain bertamu ke Malmo FC di matchday kelima Liga Champions. Puluhan ribu penduduk kota di sisi selatan Swedia itu tidak mau melewatkan kesempatan melihat langsung pemain terbesar yang pernah punya negara tersebut. Dia, tentu saja, Zlatan Ibrahimovic.
Sebanyak 10.000 fans yang lain juga sudah dipastikan akan berduyun-duyun datang ke alun-alun kota. Di sana akan digelar nonton bareng menggunakan layar raksasa. Zlatan sendiri yang mem-booking tempat itu dan mempersiapkan segala keperluan hajatan nobar dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya akan terjadi dalam satu hari. Saya katakan ini pada Anda, akan ada banyak hal terjadi - itu semua direncanakan oleh saya. Saya dibantu oleh tata kelola kota, tapi secara pribadi ini dikerjakan oleh saya. Karena itulah ini menjadi spesial," lanjut dia.
Ibrahimovic, 34 tahun, lahir di Malmo dan bermain di klub tersebut dalam periode 1999 hingga 2001. Meski tak lama, Ibrahimovic selalu menganggap dirinya terikat sangat kuat dengan klub tersebut.
Sejak dibeli oleh Ajax Amstedam pada tahun 2001, lalu memperkuat Juventus, Inter Milan, Barcelona, AC Milan, dan kini Paris Saint Germain, tak pernah lagi Ibrahimovic bermain di Swedbank Stadion di level kompetitif klub. Maka kembalinya dia ke lapangan yang sama jadi momen sangat spesial untuknya.
"Ke manapun saya pergi, saya selalu mewakili Malmo. Saya merasa seperti anak-anak dari Malmo. Itu klub saya. Tidak ada yang lain buat saya. Saya mengikuti Malmo," ucapnya di situs resmi klub, pekan lalu.
Dengan skill di atas rata-rata dalam usia masih sangat muda, Ibrahimovic mudah sekali dikenal masyarakat Malmo. Hal lain yang membuatnya jadi sorotan adalah sikapnya yang congkak. Begitulah, Ibrahimovic sudah seperti sekarang ini sejak dia masih bermain di level junior.
Ibrahimovic, yang pada awal kariernya di Malmo masih sulit menembus tim utama, kemudian menjadi pahlawan klub tersebut. Kontribusi besarnya membantu Malmo promosi ke divisi utama setelah terdegradasi di 1999.
"Semua orang dalam waktu singkat tahu siapa dia karena dia menonjol di dalam dan luar lapangan. Dia bukan tipikal pemain Swedia -- dia adalah anak-anak yang biasa main di jalanan dengan teman-temannya. Dia suka menggiring bola, menantang lawan, lalu melewatinya," ujar jurnalis Swedia, Alexandra Jonson.
Meski lahir di Malmo, Ibrahimovic adalah anak imigran Yugoslavia. Dia tumbuh besar di semacam rumah susun yang disediakan pemerintah. Dari lingkungan yang keras itulah karakter Ibrahimovic terbentuk.
"Skenario sempurnanya adalah kami (PSG) menang, saya mencetak tiga gol dan semua orang meneriakkan nama saya setelah pertandingan," ujar Ibrahimovic.
(din/krs)