Sebagai tim debutan, Leicester membuat start sempurna di Liga Champions. The Foxes selalu menang pada tiga laga pertamanya di fase grup dan tak pernah kebobolan.
Di matchday 3, Leicester mengalahkan Copenhagen 1-0 lewat gol tunggal Riyad Mahrez, Rabu (19/10/2016) dinihari WIB. Kemenangan tersebut memantapkan posisi mereka di puncak klasemen Grup G dengan sembilan poin, di atas Copenhagen dan Porto yang masing-masing mengumpulkan empat poin dan Club Brugge yang punya poin nol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Premier League adalah prioritas kami, tapi tentu saja juga Liga Champions karena dalam satu bulan, tiga pertandingan, dan kami bisa lolos atau tersingkir," ujar Ranieri di Soccerway.
"Kami berada dalam posisi bagus, takdir kami di tangan kami sendiri. Kami ingin terus begini," tambahnya.
Pencapaian Leicester di Liga Champions sangat berbeda dengan di Premier League, di mana mereka berstatus juara bertahan. Leicester terseok-seok dan sudah kalah empat kali dalam delapan pertandingan. Di papan klasemen Premier League, mereka lebih dekat ke zona degradasi daripada ke puncak klasemen.
"Di satu sisi saya sangat bangga, tapi di sisi lain ketika memikirkan soal Premier League, saya sangat, sangat marah," ucap Ranieri.
"Tapi, okelah karena dalam karier saya ini terjadi ketika untuk pertama kalinya Anda bermain di kompetisi besar, Anda kehilangan sesuatu ketika kembali ke liga Anda," lanjutnya.
"Itu wajar, tapi kami ingin mengubahnya," kata manajer asal Italia itu.
Leicester akan menjamu Crystal Palace dalam lanjutan Premier League, Sabtu (22/10) mendatang. (mfi/roz)











































