Barcelona, Real Madrid, dan Juventus masih kekeh tak mau meninggalkan rencana menggelar European Super League. Presiden Paris Saint-Germain melontarkan kritik.
Sebanyak 12 tim top Eropa sempat mendeklarasikan European Super League pada April lalu. Ada enam tim top Premier League yakni Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, dan Tottenham Hotspur.
Lalu tiga tim dari Serie A yakni Juventus, AC Milan, dan Inter Milan, juga tiga klub dari LaLiga: Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid. Tapi rencana itu batal hanya dalam tiga hari karena penolakan besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain protes dari fans, pemerintah dari tiga kompetisi itu juga mengecam. Tekanan besar itu yang membuat para peserta berangsur-angsur menarik diri, menyisakan tiga tim: Barcelona, Real Madrid, dan Juventus.
Ketiganya hingga kini masih memperjuangkan hak untuk memutuskan nasib mereka dengan merencanakan kompetisi baru yang dianggap lebih kekinian. Tapi UEFA bersuara keras dan terus menebar ancaman hukuman.
Presiden PSG Nasser Al Khelaifi menuding European Super League tidak punya ketulusan untuk meningkatkan sepakbola dan mengutamakan kepentingan suporter. Sebagai catatan Al Khelaifi juga merupakan Presiden Asosiasi Klub Eropa, menggantikan Andrea Agnelli yang mana adalah presiden Juventus.
"Sepakbola sudah berjalan bertahun-tahun. Super League tidak benar-benar membela kepentingan para penggemar. Perubahan-perubahan bisa dipelajari, tapi bukan dengan memisahkan diri dari tradisi di mana tim manapun bisa mewujudkan mimpi," ungkap Nasser Al Khelaifi kepada AFP dikutip Marca.
"Semua tim harus punya peluang untuk ikut serta di kompetisi terpenting, dan semua di bawah UEFA. Liga Champions adalah merek yang sangat solid yang harus dipertahankan, tapi kita semua mesti beradaptasi dengan pasar baru, baik dalam kompetisi internasional maupun nasional," imbuhnya dalam sindiran buat Barcelona, Real Madrid, dan Juventus terkait European Super League.
(raw/krs)