Barcelona, Real Madrid, dan Juventus diminta tak kebanyakan koar-koar soal sengketa European Super League. Jika mau dialog langsung, UEFA siap kapanpun.
Barcelona, Real Madrid, dan Juventus jadi tiga klub tersisa dari 12 pendiri European Super League. Sembilan klub lain, terdiri dari enam wakil Inggris, dua wakil Italia, dan satu wakil Spanyol, telah menyatakan mundur akibat tekanan sosial dan politik yang masif.
Enam klub Inggris itu adalah Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, dan Tottenham Hotspur. Dua klub Italia antara lain AC Milan dan Inter Milan, sementara klub Spanyol yang mundur adalah Atletico Madrid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
UEFA terus menebar ancaman akan menjatuhkan sanksi untuk Barcelona, Real Madrid, dan Juventus. Namun ketiga klub itu siap melawan, menegaskan bahwa reformasi sepakbola dibutuhkan.
Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengaku heran dengan sikap ketiga klub tersebut, yang tak pernah benar-benar maju untuk berdialog. Ia juga tak habis pikir kenapa mereka masih ingin tampil di Liga Champions, ketika kekeh mengusung European Super League.
"Mereka harus mengontak kami, mengirim surat, meminta pertemuan. Mereka sejauh ini cuma mengirimkan sejumlah rilis pers, mengatakan bahwa mereka ingin dialog. Itu pendekatan yang cukup aneh," ujarnya dikutip Sky Sports.
"Sangat sulit untuk memahami apa keinginan mereka. Kalau mereka bilang Liga Super itu eksis, dan tidak ada yang mencegah mereka menggelar itu, tiga klub itu bisa bermain di Liga Super."
"Tapi kan mereka bilang ingin bermain di Liga Champions juga pada saat yang sama. Kami tidak takut dengan hal-hal semacam itu. Kalau pengadilan memutuskan sesuatu, kita harus bersikap jujur dan bekerja untuk sepakbola, yang mana tidak dilakukan oleh klub-klub itu," imbuh Aleksander Ceferin.
Sengketa terkait European Super League ini sedang diproses oleh Komite Disiplin UEFA. Ceferin menyebut komite ini bekerja independen, sehingga dirinya pun bahkan tak tahu apakah Barcelona, Real Madrid, dan Juventus akan dihukum atau tidak.
"Komite Disiplin kami itu independen, jadi ketika mereka mulai mengerjakan kasus, saya tak punya jangkauan atau informasi dari sana. Saya tidak tahu kapan, apa, atau bagaimana sanksinya nanti," sambung pria Slovenia tersebut.