3. Bayern tanpa striker murni
Bayern Munich cuma punya Eric Maxim Choupo-Moting selaku striker murni. Apa daya, top skor sementara klub dengan 17 gol di seluruh kompetisi itu alami cedera lutut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, Serge Gnabry diplot sebagai ujung tombak dan seolah Bayern bermain dengan false nine. Suatu formasi yang tidak asing dipakai Thomas Tuchel ketika menukangi Chelsea dan kalahkan Man City 1-0 di final Liga Champions 2021 dengan formasi tersebut!
Sayangnya, kali ini racikan Tuchel gagal. Ganbry kesulitan membongkar pertahanan Manchester City. Tak ayal, peluang Bayern yang didapat pun kebanyakan akhirnya berasal dari tembakan luar kotak penalti.
4. Pertahanan jempolan Manchester City
Manchester City biasanya kerap kali mudah kebobolan di Liga Champions. Namun di babak perempatfinal leg pertama ini, City seolah membuktikan diri kalau mereka juga bisa bertahan dengan baik.
John Stones yang sejatinya bek tengah mampu bermain baik dengan digeser agak ke depan, jadi gelandang bertahan dan berduet dengan Rodri. Malah, Stones mampu bikin satu assist untuk golnya Haaland.
Manchester City catatkan 25 kali ball recovered, lebih banyak dari Bayern yakni 19 kali. City juga galak dengan takel lebih banyak 20 berbanding 10, serta lebih banyak memblok bola lima berbanding tiga.
![]() |
5. Tuchel telat ganti pemain
Thomas Tuchel sepertinya gagal untuk membuat Bayern Munich beradaptasi ketika sedang tertinggal. Malah sampai kebobolan tiga gol, Tuchel belum juga lakukan pergantian pemain!
Bayern baru lakukan pergantian di menit ke-69 saat Musiala digantikan Mane. Kemudian 10 menit terakhir, barulah Mueller dan Cancelo dimasukkan untuk gantikan Gnabry dan Davies.
Apa daya, ketiga pemain pengganti tersebut gagal berbuat banyak. Mungkin, Tuchel mau setidaknya curi satu gol sebagai modal di leg kedua. Apa daya, ambyar sudah di leg pertama.
Baca juga: Tuchel: Bayern Belum Tamat! |
(aff/rin)