Carlo Ancelotti dipuja-puja penggemar Chelsea dan dipuji pengamat sepakbola Inggris. Di tahun pertamanya, pelatih asal Italia itu sudah mempersembahkan gelar ganda Liga Utama dan Piala FA. Gaya permainan Chelsea dianggap menawan, jauh dibandingkan dengan gaya Jose Mourinho yang kerap dikatakan bertahan dan membosankan.
Namun kita tahu, penggemar maupun pengamat bola adalah sekumpulan manusia yang susah dipuaskan, mudah nyinyir dan gampang meluncaskan kekesalan ketika hasil di lapangan tak sesuai harapan. Ancelotti sekarang sedang merasakan gelombang kekesalan itu. Hasil buruk beruntun yang dituai Chelsea belakangan membuat gerah penggemarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chelsea di tangan kepemilikan Roman Abramovich menjadi sebuah klub yang sukses tetapi sekaligus -- dalam bahasa seorang pengamat bola Inggris -- suka memperbaiki hal-hal yang tidak rusak. Tindakan itu malah kontraproduktif dan memutus kesinambungan sukses itu sendiri.
Tindakan manjemen Chelsea untuk tidak memperpanjang kontrak asisten pelatih Ray Wilkins adalah salah satu contohnya. Sangat musykil Abramovich tidak merestui penghentian kontrak itu, karena segala sesuatu yang terjadi di Chelsea harus lewat dirinya.
Padahal Wilkins adalah komponen penting dalam kesuksesan rezim Ancelotti di Chelsea. Orang satu ini lancar berbahasa Italia dan pernah malang melintang di AC Milan. Ia juga bekas pemain legendaris di Chelsea.
Kalau Abramovich ingin mencangkok budaya sukses AC Milan ke Chelsea ketika menyewa Ancelotti, maka Wilkins adalah orang yang tepat untuk membantu Ancelotti. Bahkan Ancelotti sendiri mengakui pentingnya Wilkins dalam membantu dirinya menularkan budaya sukses AC Milan di Chelsea. Wilkins dalam banyak hal mampu menjadi jembatan yang dibutuhkan Ancelotti untuk menerjemahkan ide-idenya.
Ancelotti enggan mengomentari pemecatan Wilkins tersebut kecuali mengatakan ia sama sekali tidak tahu keputusan itu diambil manajemen Chelsea dan bahwa ia tidak diajak berembuk.Entah kebetulan atau tidak tetapi hasil buruk beruntun yang dialami Chelsea terjadi persis setelah Wilkins hengkang.
Belum kasus Wilkins reda muncul berita bahwa direktur teknik Frank Arnessen akan mengundurkan diri. Chelsea sendiri dikatakan sudah jauh hari berbicara dengan Txiki Begiristain, mantan direktur tekhnik Barcelona yang bahu membahu dengan Pep Guardiola membentuk tim Barcelona yang sekarang, untuk menggantikan Arnessen. Arnessen yang pernah begitu dipercayai Abramovich dianggap gagal menyediakan pemain yang cukup untuk membawa Chelsea merajai Eropa walau investasi hingga 750 juta poundsterling telah dilakukan. Sebelum dipecat Arnessen pilih mengundurkan diri.
Rumor juga beredar bahwa Abramovich sedang mendekati pelatih Barcelona Pep Guardiola untuk menggantikan Ancelotti. Chelsea membantah rumor itu. Tetapi mengapa segala sesuatu yang dikatakan rumor itu seperti saling terkait dan serba kebetulan bisa bersambung menjadi sebuah cerita yang layak dipercaya.
Bisa dibayangkan betapa Ancelotti sangat gerah dengan situasi seperti ini dan sulit berkonsentrasi dengan tim. Bahkan ia perlu menjelaskan dalam sebuah konferensi pers bahwa ia akan memenuhi kontraknya hingga 2012 dan tidak memperdulikan berbagai hal yang ia anggap rumor.Β Walau ia mengakui bahwa ia tidak punya kontrol apapun di Chelsea kecuali untuk urusan di lapangan.
Isyarat yang terbaca dari Stamford Bridge sepertinya bahwa Abramovich telah berganti kehendak. Ia yang sebelumnya ingin meniru cetak biru kesuksesan AC Milan setelah tidak puas dengan meniru Porto, kini ingin meniru Barcelona. Semuanya demi mengejar gelar raja diraja Eropa.
===
* Penulis adalah wartawan detikcom, tinggal di London.
(lza/a2s)