Saban malam harus begadang. Piala Dunia memaksa itu. Seluruh belahan bumi melakukan kegiatan sama. Mengorbankan sebagian waktu. Berkantuk-kantuk di siang hari, untuk menjadi saksi para bintang lapangan tampil. Seniman bola memamerkan kreasinya mengukir prestasi.
Bagi bangsa Indonesia, inilah kebahagiaan. Kesakitan akibat kampanye pilpres, diredam laga indah yang dipertunjukkan tiap malam. Perbedaan calon masih bisa disatukan dengan nonton bareng pertandingan bola. Duduk dan berteriak bersama. Memaki dan memuji pihak lain, tanpa perlu diendapkan dalam hati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Piala Dunia kali ini adalah oase bagi bangsa ini. Air yang jernih. Segar direguk untuk penangkal dahaga. Menyejukkan dilihat mata. Mengalir indah ke dalam hati. Merangsang syaraf-syaraf kembali kendor. Menurunkan tensi emosi yang semakin meninggi.
Malam-malam kini adalah malam kerinduan. Memantik kembali kenangan saat Qois meniupkan seruling cinta. Menina-bobokan kabilah. Menggugah impian purba. Membelai jiwa-jiwa yang lelah. Menggugah batin resah untuk kembali memasuki fitrahnya sebagai manusia. Laila pun tersedu. Menangisi semerbak harum bunga yang bermekaran di dadanya.

Sebagai pengantar "tulisan ngawur", biarkan kata-kata itu berhamburan tanpa alur. Dia akan terbawa arus air, yang di laga-laga berikut menemukan jalannya sendiri. Mengental dan menggumpal untuk membentuk bola salju. Benarkah belum ada prediksi?
Laga yang sudah berjalan masihlah berbentuk gatra. Embrio yang belum jelas benar jenis kelaminnya. Dari sekian gatra yang diidentifikasi, pemenang kali ini tetap didominasi negeri yang biasa sebagai kampiun. Mereka yang juara, termasuk "Tim Piningit" yang disebut kuda hitam.
Gatra yang dijagokan tampil sebagai juara itu adalah Brasil karena tuan rumah. Kedua Argentina. Ketiga Jerman. Keempat Spanyol. Kelima kuda hitam Belanda. Jika babak-babak pemula ada di antara jago-jago itu yang tersingkir, maka tinggal yang bertahan itulah kandidat kuat pemenangnya.
===*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati sosial budaya. Penulis tinggal di Jakarta. Akun twitter: @jokosuudsukahar
(a2s/rin)











































