Saya menulis artikel ini sebagai fans Chelsea yang subjektif. Jika ada yang setuju, terimakasih. Jika ada yang tidak, tak masalah karena kita justru bisa saling bertukar pikiran.
'Welcome Home Frank Lampard', Kamis (4/7/2019) akhirnya Chelsea menuntaskan transfer kepindahan Frank Lampard dari Derby County. Lampard pun dikontrak selama 3 musim untuk memimpin The Blues.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Musim lalu, Lampard mencuri panggung sepakbola dengan melatih Derby County (tim Divisi Championship). Rekornya tidak jelek-jelek amat, malah Lampard membuat kejutan dengan menyingkirkan Manchestser United di Piala Liga Inggris. Pun, nyaris promosi ke Premier League.
Ketika Maurizio Sarri dipecat, isu perekrutan Frank Lampard sudah mengalir deras. Kalau pakai logika, hanya Lampard yang memang jadi pilihan.
Karena begini deh, pelatih mana yang mau melatih klub yang dilarang membeli pemain selama dua bursa transfer yakni di musim panas 2019 dan musim dingin 2020. Toh namanya pelatih baru, pasti membawa ide baru sekaligus pemain baru bukan?
Apalagi dengan pemecatan pelatih di Chelsea yang sudah jadi tradisi. Antonio Conte dan Sarri sebenarnya sudah mempersembahkan piala. Menilik ke belakang, bahkan Roberto Di Matteo juga sudah mempersembahkan trofi Liga Champions untuk kali pertama bagi klub London Barat tersebut.
Tapi ya, semua nama-nama itu dipecat...
![]() |
Menurut saya, dua alasan itu sudah bikin para pelatih mikir ribuan kali. Melatih Chelsea sama saja bunuh diri.
Kabarnya, Roman Abramovich sang pemilik Chelsea memberikan janji pada Lampard untuk tidak memecatnya. Banyak juga pengamat sepakbola yang menilai, Lampard akan lebih memoles tim muda Chelsea. Mengingat, Chelsea punya banyak talenta tapi selalu terbuang percuma.
Awalnya, saya tidak setuju jika Lampard melatih Chelsea. Bisa apa Lampard, punya pengalaman apa Lampard?
![]() |
Melatih Derby County belum jadi jaminan. Apalagi Premier League sungguh keras, dengan persaingan tim yang ketat.
Haloooo..., itu di Manchester City ada Guardiola, Liverpool ada Jurgen Kloop dan ada Mauricio Pochettino di Tottenham Hotspur.
Nama terakhir, walaupun sudah malang melintang di Premier League dan mengoles pemain-pemain muda, juga belum pernah dapat apa-apa kan?
Ya jadinya sekali lagi, bisa apa Lampard? Duh, amit-amit deh kalau malah jadi tim papan tengah.
![]() |
Namun saya merenenung, dan melihat kembali CV Lampard di Chelsea. Saya kenali lagi Lampard lebih dalam, sembari membuang pikiran pesimis tentangnya untuk jadi pelatih Chelsea.
Iya, Lampard adalah legenda klub. Lampard adalah pencetak gol terbanyak dengan 211 gol, yang mana posisinya bukanlah striker.
Lampard sudah memenangi banyak piala di Chelsea, dari Carling Cup sampai Liga Champions. Meski gonta-ganti pelatih, Lampard tetap menjadi pilihan utama sebagai motor serangan Chelsea.
Lampard adalah seorang petarung sejati. Dia selalu konsisten tampil, pekerja keras dan profesional di lapangan saat bermain. Apalagi waktu bermain untuk Manchester City saat melawan Chelsea, dia tetap mencetak gol ke gawang The Blues.
Maka saya lapangkan hati, untuk kembali menerima Frank Lampard di Chelsea. Saya tahu, Frank Lampard bukan sekadar pribadi yang biasa-biasa saja. Dia luar biasa, malah punya IQ sebesar 150 yang angka itu di atas rata-rata IQ pesepakbola (hanya 0,1% orang di Inggris punya tingkat kecerdasan dengan IQ segitu).
![]() |
Ya, biarlah lampard melatih Chelsea. Jangan berharap apapun dari Lampard, nikmati saja sudah gayanya.
Percayalah, Lampard juga tidak ingin Chelsea tampil jelek. Hati dia untuk Chelsea, tidak diragukan lagi.
Tidak menjadi juara di musim depan tampaknya tak mengapa. Asal permainannya sudah nyetel di hati penggemar The Blues, rasanya kita bisa menerima dengan lapang dada dan menanti piala di musim-musim berikutnya.
Jangan berharap pada Super Frank, setidaknya ya 1-2 musim inilah.
====
Penulis adalah Wakil Redaktur Pelaksana detikTravel di detikcom. Seorang penggemar Chelsea yang bermimpi suatu hari nanti akan menginjak lapangan Stamford Bridge. Memiliki akun Instagram @afifakashiro
====
detiksport menerima tulisan berupa kolom, opini, atau esai terkait isu-isu olahraga dari para pembaca. Tulisan hendaknya orisinal, belum pernah dimuat di media lain, disertai dengan identitas atau biodata diri singkat (dalam satu-dua kalimat untuk dicantumkan ketika tulisan tersebut dimuat). Kirimkan tulisan Anda ke redaksi@detiksport.com
(aff/din)