George Best dalam Khazanah Sepakbola Dunia

George Best dalam Khazanah Sepakbola Dunia

- Sepakbola
Selasa, 29 Nov 2005 00:39 WIB
London - Sepakbola adalah sebuah permainan yang mengedepankan sikap sektarian, yang mengelompokkan orang dalam sebuah wadah: kami melawan mereka.Pengelompokan itu menjadi semakin tajam ketika permainan itu sendiri melibatkan tidak sekadar skil dan otak, tapi juga kontak fisik dengan tujuan akhir yang bersifat sofinistik: menunjukkan kelebihan kami dari mereka.Tentunya segalanya dalam keterbatasan peraturan yang disepakati. Tetapi tetap saja sepakbola bukanlah sebuah sistem demokrasi atau juga bukan ajang diskusi, melainkan sebuah anarki yang diregulasikan.Karenanya pahlawan dari satu kesebelasan, klub atau negara adalah sumber cercaan bagi yang lain. Tokoh musuh yang harus paling sedikit tidak dipuja dan paling parah dicerca karena telah menghina dengan menunjukkan ketidakmampuan tim lain.Tetapi untungnya manusia jaman sekarang adalah juga anak atau cucu dari abad pencerahan. Abad yang memberontak terhadap berbagai dogma, nilai-nilai kehidupan yang dianggap beku dan statis, dan percaya bahwa manusia harus selalu bergerak mencari nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.Pengelompokan nilai kami dan mereka di abad pencerahan hanyalah bagian dari sebuah benturan tesa dan antitesa. Nilai kami dan mereka bisa bertemu dalam sebuah nilai bersama yang diakui oleh kedua belah pihak.Dalam konteks ini termungkinkanlah untuk muncul pahlawan-pahlawan sepakbola seperti Pele, Maradona, Johan Cruyff, Franz Beckenbauer, Alfredo di Stefano, Ferenc Puskas, dan sederet pemain lainnya. Mereka pahlawan untuk tim yang mereka bela, tetapi juga bisa menjadi pahlawan primordialisme yang lebih besar: sepakbola.Kemampuan mereka bermain bola membuat kawan, lawan, penggemar sepakbola bisa bersepakat mengakui kehebatan mereka melampui batasan primordial apapun juga. Sebenarnya tak ada guna untuk kemudian mendudukkan siapa pemain nomor wahid di dunia karena pada tingkat diskusi, sepakbola adalah persoalan opini. Dan opini selalu berbeda.Pele dianggap sebagai pemain terbaik di dunia dengan tiga kali membawa Brasil juara dunia dan mencetak lebih dari seribu gol. Persoalannya Pele bermain di tim Brasil yang begitu bagus dan ia hanyalah salah satu bintang dari tim itu. Banyak yang mengatakan tanpa Pele pun Brasil akan menjadi juara dunia.Ia juga tak pernah bermain di luar Brasil kecuali di akhir karirnya di Amerika Serikat yang lebih kental permainan eksibisinya ketimbang kompetisi.Maradona di sisi lain membawa tim Argentina yang biasa-biasa saja menjadi juara dunia 1986. Ia juga membawa Napoli, klub yang biasa-biasa saja untuk menjuarai Seri A Italia, kompetisi yang paling ketat di dunia pada tahun 1980-an. Tetapi sehebat-hebatnya Maradona ia pernah gagal di klub penuh bintang Spanyol, Barcelona. Ia juga tak mampu berkutik ketika ditempel ketat Lotthar Matheus di Piala Dunia 1990.Johan Cruyff hebat karena membawa Ajax juara Piala Champions tiga kali berturut-turut, membawa Belanda menjadi finalis Piala Dunia 1974, dan menjadi instrumen utama Total Football. Tetapi pernahkah ada yang mengatakan ia lebih bagus dari Pele dan Maradona?Pun begitu dengan Beckenbauer yang membawa Bayern Munich juga juara Piala Champions tiga kali berturut-turut. Ia juga menjadi kapten tim nasional ketika Jerman Barat menang Piala Dunia 1974.Namun di alam bawah sadar penggemar sepakbola Eropa dan Amerika Latin ada sebuah nama yang dengan penuh antusiasme mereka gumamkan: George Best.Dari segi prestasi ia biasa saja. Hanya sekali membawa Manchester United juara Piala Champions tahun 1968, dua kali juara liga Inggris, serta pemain terbaik Eropa 1968. Irlandia Utara, negara yang ia bela, tak pernah tampil di Piala Dunia ketika ia bermain, tidak juga di Piala Eropa.Tetapi Maradona menyebutnya sebagai sumber inspirasinya. Pele menobatkannya sebagai pemain terbaik dunia yang pernah ada. Julukan Johan Cruyff di masa lalu? George Best-nya Belanda.Ialah superstar pertama dunia sepakbola. Wajah jauh lebih tampan dari David Beckham, bakat sepakbola jauh lebih hebat dari Pele, hidup lebih ugal-ugalan dari Maradona. Dan pensiun dari sepakbola kompetitif di usia yang sangat muda, 27 tahun.Ketika ia meninggal Jumat lalu, semua batasan primordial runtuh. Dunia sepakbola bersedih. Di Eropa semua pertandingan menghormatinya dengan caranya sendiri: ada yang mengheningkan cipta selama satu menit tetapi ada pula yang bertepuk tangan selama satu menit.Kami dan mereka luluh ketika menghormati George Best.====*)Penulis adalah wartawan detikcom di London, pemerhati sepakbola khususnya Liga Inggris.**) Redaksi menerima sumbangan tulisan bersifat opini dari pembaca yang bisa dikirim melalui imel ke redaksi@detiksport.com. Sertakan keterangan singkat biodata anda, dan kalau ada sisipkan foto. Redaksi berhak mengedit setiap naskah yang masuk dan akan dipublikasikan. (a2s/)

Hide Ads