Eriksson Korban Media (dan Gegabah)

Eriksson Korban Media (dan Gegabah)

- Sepakbola
Selasa, 24 Jan 2006 16:24 WIB
Jakarta - Sven Goran Eriksson bagamanapun korban tragis usilnya pers Inggris. Dasar sial, dia juga terlalu gegabah menghadapi pers di sana yang sudah seperti kamera CCTV: terus mengintai siang-malam.Ceritanya Eriksson memang mundur (sehabis Piala Duna 2006 nanti), tapi dia tidak lengser dalam suasana hati yang teduh, yang ikhlas. Ia meletakkan jabatannya dua tahun lebih cepat karena tubuhnya sudah dijilati api dari kursi panas yang ia duduki sejak Oktober 2000.Tekanan. Seperti banyak di negara kuat di dunia sepakbola, diperlukan ketegaran lahir-batin untuk menjadi pelatih tim nasional Inggris. Apalagi sejak awal ada saja yang tidak menyukai Eriksson lantaran isu nasionalisme, bahwa untuk pertama kalinya The Three Lions tidak ditangani orang dari bumi Britania.Dalam hal teknis Eriksson sebenarnya cukup konstan dalam menjaga ekspektasi warga Inggris akan prestasi tim kesayangannya yang tak pernah jadi nomor satu di dunia lagi sejak 1966. Asal tahu saja, Eriksson mampu memenangi empat pertandingan pertamanya -- hal yang tak pernah dilakukan pelatih manapun dalam sejarah timnas Inggris. Lalu, pada September 2001 ia membuat kisah kepahlawanan saat Michael Owen dkk membantai musuh bebuyutannya, Jerman, 5-1 di babak kualifikasi Piala Dunia 2002.Di putaran final turnamen terbesar itu Eriksson mendapat kritik karena bermain defensif setelah unggul 1-0 atas Brasil di perempatfinal. Namun dibanding dirinya, pers Inggris memberi porsi lebih banyak buat David Seaman, yang dinilai melakukan blunder, meskipun tendangan Ronaldinho pada dasarnya memang ajaib -- Inggris akhirnya kalah 1-2.Tapi menembus babak delapan besar di Korea-Jepang bukan sebuah kegagalan besar buat Eriksson di mata FA. Toh ia masih lebih baik ketimbang beberapa pelatih sebelumnya. Setelah Bobby Robson mengantarkan Inggris ke semifinal Piala Dunia 1990, Graham Taylor gagal di babak grup Euro 1992 dan tak lolos ke Piala Dunia 1994; Glen Hoddlen "hanya" sampai babak perdelapan final di Piala Dunia 1998; dan Kevin Keegan tersingkir di ronde awal Euro 2000. Hanya Terry Venables yang lebih baik dari dirinya karena berhasil membawa Alan Shearer dkk ke semifinal Euro 1996.Faktanya, Eriksson juga masih bisa membawa Inggris bersuara di Euro 2004 sebelum dipecundangi tuan rumah Portugal di babak perempatfinal lewat adu penalti. Tidak hebat memang, tapi lumayan lah.Dalam hal teknis, nilai buruk Eriksson yang terus didengung-dengungkan pers Inggris terjadi pertengahan tahun lalu. Di bulan Agustus David Beckham cs ditekuk Denmark 1-4 dalam laga persahabatan -- kekalahan tertelak pertama sejak Mei 1980. Sebulan kemudian gengsi orang Inggris juga sedikit terusik. Eriksson dan anak-anak buahnya menyerah 0-1 dari "adik kandung" mereka, Irlandia Utara di Belfast -- pertama kali sejak 1972.Hancurkah Eriksson? Tidak. Dua kekalahan memalukan itu dianggap selesai setelah ia mempersembahkan tiket ke putaran final Piala Dunia 2006. Sempat was-was jika harus melewati playoff, Inggris berangkat ke Jerman bahkan sebagai juara grup.Saat ini Eriksson juga punya kekuatan skuad yang cukup difavoritkan karena bermaterikan pemain-pemain muda yang tengah bersinar seperti Paul Robinson, Steven Gerrard, Frank Lampard, John Terry, dan Wayne Rooney.Jadi, kenapa kursi panas Eriksson terbakar lebih cepat sehingga ia harus bangun dan mendinginkan bokongnya? Jawabannya bukan hal teknis, melainkan soal privasi. Di negeri yang pers-nya begitu bebas dan edan, Eriksson tak pintar menjaga "kelakuannya".Orang Skandinavia berusia 57 tahun ini dua kali tersandung affair dengan wanita lain, sementara ia terus saja menjalin hubungan tanpa nikah dengan pengacara Italia Nancy Dell'Olio. Ia habis-habisan dikerjai media sewaktu berselingkuh dengan presenter televisi Ulrika Johnson dan (eks) sektretaris FA Faria Alam. Bagi kalangan moralis, Eriksson dituntut mundur karena tidak memberi contoh baik sebagai figur publik. Eriksson menolak mentah-mentah karena menganggap urusan pribadi tak bisa dikaitkan dengan masalah pekerjaan selama tetap dilakukan secara profesional. Sikap itu berbeda dengan selingkuhan Alam yang lain, Mark Palios, yang langsung meletakkan jabatannya sebagai ketua eksekutif FA.Eriksson juga masih bisa survive ketika tertangkap kamera melakukan pertemuan dengan Roman Abramovich di rumah bos Chelsea asal Rusia itu. Loyalitasnya lalu dipertanyakan karena diisukan mau menerima tawaran Abramovich untuk melatih Chelsea.Tapi bukannya ditegur, ia malah diberi kepercayaan lebih besar oleh FA. Mantan pelatih Sampdoria, AS Roma, dan Lazio itu diperpanjang kontraknya hingga 2008, dan membuatnya sebagai salah satu pelatih bergaji tertinggi di dunia.Tapi "sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga". Kecerobohan besar dilakukan Eriksson sewaktu dimanjakan oleh jamuan seorang sheikh Arab di Dubai, yang mengaku ingin membeli sebuah klub Inggris dan berkonsultasi lebih dulu dengan dirinya.Apa boleh buat, Eriksson terlalu mudah percaya pada orang asing. Disodori anggur super mahal, berleha-leha di sebuah kapal pesiar amat mewah, dan diinapkan di sebuah hotel bintang tujuh (!), ia tak tahan untuk menumpahkan unek-uneknya kepada sheikh palsu itu, yang ternyata wartawan khusus investigasi harian News of the World.Ia kemudian membicarakan Beckham yang frustasi di Real Madrid: Rio Ferdinand yang pemalas; Michael Owen yang "mata duitan"; Wayne Rooney yang temperamen karena dulunya miskin; dan kemampuan Shaun Wright Phillips yang tidak semahal harganya.Ia juga membisikkan adanya gejala korupsi di tubuh FA dan beberapa klub yang melakukan transfer pemain secara ilegal. Yang paling "bahaya" adalah ketika ia mengatakan siap meninggalkan timnas Inggris jika menjuarai Piala Dunia 2006 dan bekerja dengan sheikh itu jika jadi membeli Aston Villa. Syaratnya: ia digaji minimal sama dengan Jose Mourinho (Chelsea); lima juta pounds per tahun.Jika mau fair, Eriksson mungkin tidak sembarang omong. Ia orang yang berada di lingkungan timnas Inggris dan tiap hari bolak-balik ke markas FA. Bisa jadi apa yang ia beberkan mengandung potensi kebenaran meskipun masih bersifat subyektif.Sayangnya, kepolosan Eriksson (atau kebodohan?) itu menjadi makanan empuk buat si wartawan dan medianya. Dipublikasikanlah semua unek-unek Eriksson. Sebagian kalangan menjadi panas telinganya, sebagian lagi mencoba bersikap tenang. David O'Leary (manajer Villa) mengecam niat Eriksson yang ingin meninggalkan pekerjaannya karena teriming-imingi pekerjaan serupa di tempat lain; sementara Owen dan Ferdinand membantah penilaian bosnya itu. Satu hal i dari kasus ini adalah tingkat kepercayaan para pemain Inggris terhadap pelatihnya itu dipastikan berkurang. Mereka tentu akan lebih berhati-hati untuk curhat kepada Eriksson. Jika pemain sudah tidak terbuka lagi pada pelatihnya, apa nilai lebih dari sebuah hubungan dekat?Apa boleh buat, kali ini tekanan pers yang berasal dari kecerobohan plus kesialan Eriksson tak bisa dihindarkan lagi. Eriksson memutuskan mundur lebih cepat. Orang Inggris kini berharap ia masih bisa bekerja dengan ikhlas untuk membawakan negara tersebut ke tempat tinggi di Piala Dunia 2006.(Foto: Eriksson dan pacarnya Nancy Dell'Olio. Tak henti digoyang pers usil. AFP/Odd Andersen).===*)Penulis adalah redaktur pelaksana detiksport. Isi tulisan tidak mewakili opini redaksi.**) Redaksi menerima sumbangan tulisan bersifat opini dari pembaca yang bisa dikirim melalui imel ke redaksi@detiksport.com. Sertakan keterangan singkat biodata anda, dan kalau ada sisipkan foto. Redaksi berhak mengedit setiap naskah yang masuk dan akan dipublikasikan. (a2s/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads