Taufik Hidayat Kritik PON 2016 Sekaligus Berikan Solusi

Taufik Hidayat Kritik PON 2016 Sekaligus Berikan Solusi

Mercy Raya - Sport
Senin, 26 Sep 2016 02:33 WIB
Foto: Ilustrasi (Muhammad Iqbal/detikcom)
Bandung - Taufik Hidayat angkat bicara soal pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat. Legenda bulutangkis Indonesia ini menilai pelaksanaan PON lebih mengutamakan kepentingan daerah sehingga tidak maksimal dalam mendukung prestasi olahraga Indonesia ke depan.

Maka, Taufik, yang baru beberapa hari bertugas sebagai Staf Ahli Deputi IV Bidang Olahraga Prestasi Kemenpora, KONI, KOI, dan Satlak Prima, sepakat dengan keinginan Menpora Imam Nahrawi yang meminta pelaksanaan PON ke depan fokus mempertandingkan cabang olahraga (cabor) Olimpiade dan dilakukan pembatasan usia bagi peserta.

"Ya, kita memang harus fokus mempertandingkan cabor Olimpiade dan usia atlet yang tampil juga harus dibatasi di PON XX 2020. Kalaupun ada penambahan cabor harus disesuaikan dengan cabor yang dipertandingkan di SEA Games. Kebijakan ini harus dilakukan sekarang, kalau tidak kapan lagi?" kata Taufik.

Selain itu, kebijakan pembatasan usia atlet juga penting demi terjadinya regenerasi, sementara untuk atlet senior bisa lebih fokus menyiapkan diri menghadapi ajang multievent atau program event internasional yang telah disusun induk organisasinya (PB/PP).

"Jadi, berikan kesempatan atlet muda untuk berkembang. Kalau atlet senior yang sudah berprestasi di Olimpiade atau Asian Games tampil di PON, jelas saja mereka menang. Pembatasan usia ini juga bisa menghindari adanya kasus atlet senior yang menolak tampil di event internasional hanya karena ingin mengejar bonus atau dipaksa membela daerah di PON," katanya.

Dia pun mengusulkan agar kebijakan itu bisa dituangkan dalam bentuk Keputusan Menteri (Kepmen) atau Keputusan Presiden (Keppres). Hal ini penting supaya ketika ada pergantian pemerintahan, peraturan tidak mengalami perubahan.

Di luar itu, Taufik, yang juga merupakan Wakil Ketua Satlak Prima, mengaku akan mendorong pemerintah untuk menyiapkan bantuan anggaran pembinaan terhadap cabor sesuai prestasi pada perhelatan multievent. Anggaran prioritas utama tentu untuk cabor berprestasi di Olimpiade. Berikutnya cabor berprestasi di Asian Games dan terakhir cabor berprestasi di SEA Games.

"Seperti misalnya cabor bulutangkis yang telah menyumbang medali 1 emas dan angkat besi yang telah menyumbang dua perak untuk kontingen Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, tentu akan menjadi prioritas utama," katanya.

Soal penetapan anggaran prioritas, Taufik mengusulkan sistem reward and punishment terhadap cabor berprestasi. Tujuannya agar terjadi persaingan di antara cabor Olimpiade.

"Prioritas cabor bulutangkis dan angkat besi bisa saja berubah jika keduanya tidak berprestasi di Olimpiade. Posisi keduanya bisa saja digantikan cabor lain. Reward and punishment harus diberlakukan," pungkasnya.

(mcy/roz)