Virus corona adalah masalah semua manusia. Maxime Mbanda sadar betul hal itu, di mana atlet rugbi tersebut sampai rela menjadi supir ambulans guna membantu.
Mbanda, pemain rugbi tim Zebre yang berbasis di Parma, tergerak untuk membantu memerangi virus corona di Italia. Seperti diketahui, Italia menjadi negara yang kini paling terdampak.
Mbanda tak bisa berdiam diri saja melihat pandemi virus corona. Flank berusia 27 tahun itu turun ke garis terdepan, dengan rela menjadi supir ambulans.
"Ketika segala aktivitas rugbi dibatalkan, saya penasaran bagaimana saya bisa membantu, meski tanpa keahlian di bidang medis. Saya memulainya delapan hari lalu, tanpa libur, dengan shift 12 sampai 13 jam kerja," ungkap Mbanda, kepada AFP.
"Tapi melihat apa yang ada di ruang pasien terinfeksi, saya tidak boleh lelah. Takut adalah normal, tetapi ada beberapa hal kecil yang dapat dilakukan dengan aman para pejuang garis terdepan untuk beristirahat setengah sampai satu jam. Bagi mereka, tiap jam sangat krusial," ungkapnya
Mbanda bercerita, dirinya bergabung dengan Palang Kuning di Italia. Ia pun membantu mengantar para pasien positif ke rumah sakit hingga menggotong tandu.
"Selama saya kuat, saya akan terus berjalan. Saya di sini dan saya tinggal di sini. Saya menemukan Palang Kuning, yang punya layanan transportasi untuk obat-obatan dan makanan untuk orang tua," lanjut Mbanda.
"Saya mendapati diri saya memindahkan pasien positif dari satu rumah sakit lokal ke rumah sakit lain. Saya membantu membawa tandu, atau jika ada pasien yang harus dibawa dari kursi roda. Saya juga membantu memegangi oksigen," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mbanda mengungkap, bagaimana pengalaman getir yang membuatnya sadar betapa berbahayanya virus corona. Ia mendapatinya setelah melihat kondisi pasien hingga perjuangan petugas medis di rumah sakit.
"Ketika Anda melihat sorot matanya, bahkan jika mereka tidak dapat berbicara, mereka berbicara dengan mata dan memberi tahu Anda hal-hal yang tidak dapat Anda bayangkan," ungkapnya.
"Mereka mendengar alarm, dokter dan perawat berlari dari satu bangsal ke bangsal berikutnya. Orang pertama yang saya bawa dari rumah sakit, memberi tahu bahwa dia sudah berada tiga jam di sana, ketika tetangga di ranjang sebelahnya meninggal."
"Malam harinya, dua wanita lain meninggal di kamarnya. Dia belum pernah melihat orang mati. Jika melihat apa yang saya lihat di rumah sakit, saya yakin tidak akan ada lagi antrian di supermarket lagi."
"Mereka akan berpikir dua, tiga, atau empat kali sebelum meninggalkan rumah, bahkan untuk sekadar lari pagi. Apa yang saya lihat adalah orang-orang dari segala usia, menggunakan respirator dan oksigen. Dokter dan perawat bekerja 20 atau 22 jam, tidak tidur sama sekali dan cuma beristirahat pada hari berikutnya," cerita Mbanda.
(yna/ran)