Tokoh Melayu Tolak Cabor Dansa di PON XVIII

Tokoh Melayu Tolak Cabor Dansa di PON XVIII

- Sport
Jumat, 30 Mar 2012 11:18 WIB
Jakarta - Tokoh masyarakat Melayu Riau di Jakarta menentang keinginan Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman yang ingin memasukkan cabang olahraga dansa di PON XVIII.

Alasan utamanya, dansa dianggap pamer aurat dan itu sangat bertentang dengan budaya Melayu yang identik dengan Islam.

"Penambahan 3 cabor (dansa, hoki, drumband) itu jelas pemaksaan kehendak Ketum KONI dan Kemenpora. Padahal sudah jelas ada aksi penolakan sejumlah KONI daerah tapi tetap dipaksakan. Tuan rumah PON harus menolak keputusan tersebut terutama dansa," kata tokoh masyarakat Riau di Jakarta, Lukman Edy kepada detiksport, Jumat (30/3/2012).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Edy yang juga anggota Komisi VI DPR RI ini, cabor dansa dinilai sangat bertentangan dengan marwah dan budaya Melayu Riau yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

"Kita tentu saja menolak cabor dansa yang mempertontonkan aurat tersebut di PON Riau," tegas Lukman Edy.

"Kita yakin semua lapisan masyarakat akan menentangnya," ujar mantan menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Jilid I itu.

Oleh karenanya, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini meminta KONI Pusat dan Kemenpora untuk mempertimbangkan kembali diikutsertakannya cabor dansa, karena akan menimbulkan keresahan dari masyarakat.

Β "Jika dipertandingan siap-siap saja, bisa saja di demo dan di boikot. Jauh hari sudah diperingatkan," kata dia.

Dansa (hoki, dan drumband) menjadi kontroversi setelah KONI Pusat belakangan menambahkannya untuk masuk PON XVIII. Hal itu ditentang banyak KONI daerah dan diprotes oleh Riau selaku pihak tuan rumah.

Pihak Kemenpora akhirnya memutuskan bahwa ketiga cabor tersebut bisa disertakan di PON dengan syarat diikuti minimal sejumlah provinsi yang telah lolos babak kualifikasi, dan tidak ada yang dapat menggantikannya jika ada daerah yang tidak mendaftar.


(a2s/din)

Hide Ads