Usain Bolt berlari cepat menuju puncak popularitas dunia di Olimpiade Beijing 2008, di mana dia dapat tiga emas. Di tengah ketenaran dan kejayaan kini, Bolt masih membumi dengan Usain Bolt Foundation-nya.
Setelah merebut status sebagai manusia tercepat di bumi pada tahun 2009 lalu, Bolt berhasil mempertahankannya sampai kini. Di Kejuaraan Dunia Atletik 2015 yang saat ini masih dilangsungkan di China, Bolt masih jadi yang terdepan.
Bolt menjadi juara di nomor 100 meter dengan catatan waktu 9,79 detik saat bertanding di Bird's Nest Stadium, China, Minggu (23/8/2015). Itu merupakan medali emas ketiga buat Bolt di Kejuaraan Dunia Atletik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski Bolt merupakan salah satu sprinter terbaik sepanjang sejarah, atletik ternyata bukanlah olahraga pertama yang dia tekuni. Dia lebih dulu mengenal kriket.
Cerita kejayaan Bolt di lintasan lari bermula dari kejuaraan nasional antarsekolah, yang dikenal dengan 'The Champs'. Karena Jamaika merupakan penghasil pelari top dunia, kejuaraan level sekolahan itu sudah memikat sangat banyak perhatian. Setiap tahunnya ada 30.000 orang menyaksikan kejuaraan tersebut.
Kecepatan lari Bolt diendus oleh pelatihnya semasa di sekolah. Dia kemudian dilatih oleh mantan sprinter Olimpiade, Pablo McNeil. Saat masih berusia 14 tahun, Bolt sudah menunjukkan bakat yang luar biasa. Dia sudah berhasil menjuarai lomba atletik nomor 100 meter tingkat sekolah, dan juga mendapatkan medali perak di nomor 200 meter.
Nama Bolt mulai mendunia saat menginjak usia 15 tahun. Dia yang berlaga di World Junior Championships tahun 2002, mendapatkan julukan 'Lightning Bolt'. Dia pun menobatkan diri sebagai pemenang nomor 200 meter, hingga menjadi peraih medali emas termuda.
Dari situ cerita sukses Bolt kemudian menjadi sejarah. Total ada enam medali emas Olimpiade dia menangi, plus sembilan medali emas Kejuaraan Dunia Atletik. Capaian terbaiknya tentu saja di Olimpiade 2008 saat dia meraih emas di nomor 100, 200 meter dan 4 x 100 meter.
Seperti banyak atlet yang meraih sukses besar di level dunia, Bolt melakukan banyak pengorbanan dalam upayanya menjadi yang terbaik. Dalam sebuah wawancara yang dilalukan usai Olimpiade 2008 di Beijing, Bolt menyebut salah satu pengorbanan terbesar yang dia lakukan adalah berhenti makan junk food.
Bolt mengakui kalau dia sangat tergila-gila dengan chicken nuggets. Selama 10 hari di Beijing saat itu, Bolt - dalam autobiografinya 'Faster than Lightning' - mengaku kalau dia memakan 1.000 chicken nuggets karena merasa tak cocok dengan makanan lokal. Itu artinya setiap hari dia menambah 5.000 kalori dan 300 gram lemak.
Tapi semua itu sudah ditinggalkan Bolt. Dia kini menjalani diet ketat dengan sayuran jadi makanan utamanya.
"Saya harus menghentikan junk food. Saya pikir itu (menghentikan makan junk food) adalah salah satu hal terbesar buat saya, karena saya punya banyak keinginan di tengah malam, hanya untuk makan junk food. Buat saya, secara pribadi itu merupakan pengorbanan paling besar."
"Saya tidak bisa memasak, itu adalah salah satu hal yang tidak bisa saya lakukan. Tapi saya bisa membuat orek telur," akunya.
Tak cuma sukses di olahraga, Bolt pun menunjukkan diri menjadi 'juara' pada lingkungan sosial. Sejak tahun 2011, dia mendirikan sebuah badan amal yang diberi nama Usain Bolt Foundation.
Bersama badan amalnya itu, Bolt berusaha membantu anak-anak di Jamaika untuk bisa terus menghidupkan cita-cita yang hendak dicapai. Dia ingin membawa genarasi muda di negaranya bisa melakukan perubahan positif lewat pendidikan dan pengembangan budaya.
Bolt juga membangun beberapa sarana olahraga serba guna, membangun fasilitas sekolahnya yang bernama William Knibb Memorial High School, dan juga membantu pembiayaan operasi anak-anak yang mengalami kelainan jantung di Bustamante Hospital, Jamaika.
Selain melakukan latihan keras, ada satu kata motivasi yang terucap dari mulut Bolt untuk bisa terus menjadi yang terbaik.
"Saya tak mau menjadi yang kedua. Saat saya berlatih di gym, saya juga berpikir agar bisa pergi ke pantai dengan penampilan yang menawan," ucap Bolt.
(cas/din)