'Fight of The Century' Sampai 'Thrilla in Manila': Trilogi Muhammad Ali vs Joe Frazier

'Fight of The Century' Sampai 'Thrilla in Manila': Trilogi Muhammad Ali vs Joe Frazier

Doni Wahyudi - Sport
Senin, 06 Jun 2016 09:41 WIB
Fight of The Century Sampai Thrilla in Manila: Trilogi Muhammad Ali vs Joe Frazier
Foto: AFP PHOTO
Jakarta - Ada banyak duel dijalani Muhammad Ali. Salah satu musuh terbesar - dan diakuinya sebagai yang terberat - adalah Joe Frazier, di mana pertarungan mereka melegenda sampai tiga jilid.

Muhammad Ali tutup usia pada Sabtu (4/6/2016) kemarin dalam usia 74 tahun. Ali mengembuskan napas terakhirnya Ali di Rumah Sakit Phoenix, Amerika Serikat, setelah mengalami masalah pernapasan.

Ali dianggap sebagai petinju kelas berat terbaik sepanjang masa. Status yang dia buktikan dari tiga gelar juara dunia yang dia raih, selain penampilan yang eksentrik dan menghibur di dalam ring.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situs Boxrec mencatat kalau di sepanjang kariernya Ali naik ring sebanyak 61 kali, di mana dalam kurun tersebut dia menjalani 548 ronde. Ada 56 kemenangan didapat, di mana 37 di antaranya dengan KO. Ali lima kali kalah, satu di antaranya dengan KO.

Dari catatan pertarungan itu, tiga di antaranya dijalani Ali menghadapi lawan yang sama. Dia adalah Joe Frazier.

Berikut Trilogi Ali vs Frazier, yang dikutip detikSport dari beberapa sumber:

Fight of The Century (Joe Frazier vs Muhammad Ali Jilid I)

Foto: ist
Julukan The Fight of The Century yang diberikan pada duel Ali (29) dengan Fazier (27) bukan main-main. Ini adalah kali pertama terjadi di tinju kelas berat dua petarung saling berhadapan tanpa keduanya pernah sekalipun kalah.

Frazier yang ketika itu berstatus juara bertahan memiliki rekor tanding 26–0 (23 KO). Sementara Ali sang penantang datang dengan statistik 31–0 (25 KO). Pertarungan pertama Frazier dengan Ali ini dilangsungkan 8 Maret 1971, di Madison Square Garden, New York City, Amerika Serikat.

Frazier dan Ali ketika itu dianggap menyandang status sebagai juara dunia kelas berat yang sah. Ali meraihnya saat mengalahkan Sonny Liston di 1964 dan berhasil mempertahankannya dengan mengalahkan semua penantang yang datang. Tapi titel Ali dicabut pemerintah AS lantaran dia menolak masuk wajib militer di 1967. Saat Ali dalam masa 'pengasingan', Frazier mengambil singasana kelas berat. Dia menjadi juara setelah mengalahkan Buster Mathis dan Jimmy Ellis.

Duel itu makin panas karena kedua petinju punya sikap politis yang berbeda. Ali dianggap sebagai simbol sayap kiri yang anti kemapanan dalam periode hukuman oleh Pemerintah AS, sementara Frazier justru pro perang Vietnam.

Pertarungan itu berjalan sengit dan bertahan sampai seluruh ronde habis (yang ketika itu masih berjumlah 15 ronde). Ketiga hakim menyatakan Frazier menang di akhir duel.

Ali mendominasi pertarungan di tiga ronde awal. Namun setelah itu dia dibuat kesulitan oleh Frazier, terutama oleh pukulan-pukulan yang diarahkan ke badan.

Sudah mulai terlihat kelelahan sejak ronde enam, Ali kemudian dipukul jatuh oleh Frazier di ronde 11. Ali tertunduk di atas canvas dengan lutut dan kedua sarung tinju menopang tubuhnya. Ali terus dapat banyak pukulan telak di dua ronde terakhir, termasuk yang membuatnya kembali jatuh di ronde 15. Namun dia berhasil bertahan hingga bel terakhir dibunyikan.

Super Fight II (Muhammad Ali vs Joe Frazier Jilid II)

Foto: ist
Tiga tahun kemudian Ali dan Frazier kembali bertemu di atas ring. Duel jilid kedua ini masih dilangsungkan di Madison Square Garden, New York City, Amerika Serikat. Tepatnya pada 28 Januari 1974.

Tidak seperti pertarungan pertama dan ketiga yang berlangsung 15 ronde, duel jilid kedua ini berdurasi 12 ronde. Banyak pengamat dan fans menganggap pertarungan jilid kedua ini sebagai yang paling tidak seru dari trilogi Ali vs Frazier. Jika pertarungan pertama dan ketiga terpilih sebagai fight of the year (1971 dan 1975) oleh The Ring, tidak demikian dengan duel kedua ini.

Ali menjelang laga tersebut dengan keinginan besar membalaskan kekalahan yang terjadi tiga tahun sebelumnya. Kemenangan atas Frazier juga bisa membuat Ali menjadi penantang utama bagi George Foreman, yang ketika itu berstatus juara dunia kelas berat. Foreman meraih gelar itu setelah mengalahkan Frazier di tahun yang sama.

Pertarungan ini didahului dengan perseteruan keduanya saat tampil di Stasiun Televisi ABC. Saat membahas soal duel pertama, tensi antara keduanya memanas, yang berujung dengan perginya Frazier dari acara tersebut.

Frazier: Dia (Ali) harus pergi ke rumah sakit setelah pertarungan (pertama) itu.

Ali: Saya ke rumah sakit hanya 10 menit. Sementara kamu sebulan di sana.

Frazier: Saya beristirahat di sana (Frazier tiga pekan dirawat di RS Philadelphia karena tekanan darah dan infeksi ginjal).

Ali: Tidak ada orang pergi ke rumah sakit untuk istirahat. Itu menunjukkan seberapa bodohnya kamu. Itu bodoh.

Frazier: Kenapa kamu berpikir saya orang bodoh (sambil berdiri).

Kemunculan Rahman (saudara Ali) ke atas panggung kemudian memperburuk situasi. Kedua petinju sempat bergulat di lantai sebelum kemudian bisa dipisahkan.

Saat tarung di atas ring, Ali berhasil membalaskan dendamnya pada Frazier. Dia meraih kemenangan angka mutlak.

Thrilla in Manila (Muhammad Ali vs Joe Frazier Jilid III)

Foto: ist
Duel terakhir Ali dengan Frazier digelar jauh dari Amerika Serikat. Pada 1 Oktober 1975, pertarungan tersebut dilangsungkan di Araneta Coliseum Quezon, Filipina.

Istilah Thrilla in Manila yang mengiringi duel ini berawal dari ucapan Ali sebelum duel. Ketika itu dia mengeluarkan kalimat berima "killa and a thrilla and a chilla, when I get that gorilla in Manila". Ini merupakan awal dari perang urat syaraf yang dilancarkan Ali, dengan menjuluki Frazier sebagai gorila.

Pertarungan ini dianggap menjadi puncak dari trilogi duel Ali dengan Frazier. Beberapa media, pengamat, dan fans menilainya sebagai salah satu pertarungan terbaik sepanjang sejarah tinju. Ali menjadi pemenang dalam laga ini dengan KO, yang membuat dia secara keseluruhan unggul 2-1 atas Frazier.

Ali tampil lebih tajam di awal pertarungan, dia dengan cukup mudah unggul di dua ronde awal. Mengandalkan kelincahan kaki dan kecepatan tangan, Ali beberapa kali melepaskan jab yang masuk ke sasaran.

Serangan Ali bukan hanya dalam betuk pukulan. Ali terus melontarkan ejekan ke arah Frazier. Dalam posisi unggul dan fisik yang masih prima, Ali banyak berkoar-koar di ronde tiga.

Di ronde kelima Frazier mulai bangkit dengan beberapa pukulannya berhasil mengenai wajah Ali. Di sisi lain, Ali lebih banyak bersandar di tali ring. Frazier terlihat mulai menguasai pertarungan di ronde enam, saat kelelahan mulai mendatangi Ali.

Strategi rope a dope (taktik petinju yang seakan-akan terpojok di tali ring dan menunggu lawan melepaskan banyak pukulan tak efektif dan pada akhirnya membuat lawan kelelahan untuk kemudian melancarkan serangan balasan) yang memberi Ali kemenangan atas Foreman tak lagi berhasil di laga ini. Meski melepaskan banyak pukulan, Frazier tak kunjung kehabisan tenaga.

Di ronde 10 situasinya kembali berubah, Frazier mulai melambat dan kelelahan sementara Ali bangkit. Di ronde 11 Ali menggunakan kecepatan yang dia punya terus menari-nari dan melepaskan pukulan kombinasi ke Frazier. Ini membuat wajah Frazier babak belur di akhir ronde tersebut, temasuk membuat matanya bengkak dengan hanya sedikit bagian terbuka untuk melihat.

Momentum itu terus dimanfaatkan Ali di ronde 12. Di ronde 13 serangkaian pukulan yang dilepaskan Ali membuat pelindung gigi Frazier terlempar ke luar ring.

Di ronde 14 Frazier nyaris tak bisa melihat lagi, dan kembali dapat serangkaian pukulan bersih yang dilepaskan Ali. Belakangan diketahui kalau Frazier menderita katarak di mata kiri, dengan mata kanan terluka parah akibat pukulan Ali, itu artinya Frazier 'buta' saat menjalani ronde terakhir (14).

Pelatih Frazier, Eddie Futch, memutuskan untuk menghentikan pertarungan saat jeda menuju ronde 15. Frazier memprotes keputusan pelatihnya itu dengan berteriak 'Aku masih menginginkan dia, Boss', sambil mencoba mengubah pendirian Futch.

"Semuanya sudah berakhir, tidak akan ada yang melupakan apa yang kamu lakukan di sini hari ini," timpal Futch sambil memberi tanda pada wasit untuk menghentikan laga.

Ali pun dinyatakan keluar sebagai pemenang.

Dalam wawancara yang dilakukan beberapa tahun setelah pertarungan itu, Ali menyebut 'Thrilla in Manila' sebagai pengalaman terdekatnya dengan kematian.

Halaman 2 dari 4
Julukan The Fight of The Century yang diberikan pada duel Ali (29) dengan Fazier (27) bukan main-main. Ini adalah kali pertama terjadi di tinju kelas berat dua petarung saling berhadapan tanpa keduanya pernah sekalipun kalah.

Frazier yang ketika itu berstatus juara bertahan memiliki rekor tanding 26–0 (23 KO). Sementara Ali sang penantang datang dengan statistik 31–0 (25 KO). Pertarungan pertama Frazier dengan Ali ini dilangsungkan 8 Maret 1971, di Madison Square Garden, New York City, Amerika Serikat.

Frazier dan Ali ketika itu dianggap menyandang status sebagai juara dunia kelas berat yang sah. Ali meraihnya saat mengalahkan Sonny Liston di 1964 dan berhasil mempertahankannya dengan mengalahkan semua penantang yang datang. Tapi titel Ali dicabut pemerintah AS lantaran dia menolak masuk wajib militer di 1967. Saat Ali dalam masa 'pengasingan', Frazier mengambil singasana kelas berat. Dia menjadi juara setelah mengalahkan Buster Mathis dan Jimmy Ellis.

Duel itu makin panas karena kedua petinju punya sikap politis yang berbeda. Ali dianggap sebagai simbol sayap kiri yang anti kemapanan dalam periode hukuman oleh Pemerintah AS, sementara Frazier justru pro perang Vietnam.

Pertarungan itu berjalan sengit dan bertahan sampai seluruh ronde habis (yang ketika itu masih berjumlah 15 ronde). Ketiga hakim menyatakan Frazier menang di akhir duel.

Ali mendominasi pertarungan di tiga ronde awal. Namun setelah itu dia dibuat kesulitan oleh Frazier, terutama oleh pukulan-pukulan yang diarahkan ke badan.

Sudah mulai terlihat kelelahan sejak ronde enam, Ali kemudian dipukul jatuh oleh Frazier di ronde 11. Ali tertunduk di atas canvas dengan lutut dan kedua sarung tinju menopang tubuhnya. Ali terus dapat banyak pukulan telak di dua ronde terakhir, termasuk yang membuatnya kembali jatuh di ronde 15. Namun dia berhasil bertahan hingga bel terakhir dibunyikan.

Tiga tahun kemudian Ali dan Frazier kembali bertemu di atas ring. Duel jilid kedua ini masih dilangsungkan di Madison Square Garden, New York City, Amerika Serikat. Tepatnya pada 28 Januari 1974.

Tidak seperti pertarungan pertama dan ketiga yang berlangsung 15 ronde, duel jilid kedua ini berdurasi 12 ronde. Banyak pengamat dan fans menganggap pertarungan jilid kedua ini sebagai yang paling tidak seru dari trilogi Ali vs Frazier. Jika pertarungan pertama dan ketiga terpilih sebagai fight of the year (1971 dan 1975) oleh The Ring, tidak demikian dengan duel kedua ini.

Ali menjelang laga tersebut dengan keinginan besar membalaskan kekalahan yang terjadi tiga tahun sebelumnya. Kemenangan atas Frazier juga bisa membuat Ali menjadi penantang utama bagi George Foreman, yang ketika itu berstatus juara dunia kelas berat. Foreman meraih gelar itu setelah mengalahkan Frazier di tahun yang sama.

Pertarungan ini didahului dengan perseteruan keduanya saat tampil di Stasiun Televisi ABC. Saat membahas soal duel pertama, tensi antara keduanya memanas, yang berujung dengan perginya Frazier dari acara tersebut.

Frazier: Dia (Ali) harus pergi ke rumah sakit setelah pertarungan (pertama) itu.

Ali: Saya ke rumah sakit hanya 10 menit. Sementara kamu sebulan di sana.

Frazier: Saya beristirahat di sana (Frazier tiga pekan dirawat di RS Philadelphia karena tekanan darah dan infeksi ginjal).

Ali: Tidak ada orang pergi ke rumah sakit untuk istirahat. Itu menunjukkan seberapa bodohnya kamu. Itu bodoh.

Frazier: Kenapa kamu berpikir saya orang bodoh (sambil berdiri).

Kemunculan Rahman (saudara Ali) ke atas panggung kemudian memperburuk situasi. Kedua petinju sempat bergulat di lantai sebelum kemudian bisa dipisahkan.

Saat tarung di atas ring, Ali berhasil membalaskan dendamnya pada Frazier. Dia meraih kemenangan angka mutlak.

Duel terakhir Ali dengan Frazier digelar jauh dari Amerika Serikat. Pada 1 Oktober 1975, pertarungan tersebut dilangsungkan di Araneta Coliseum Quezon, Filipina.

Istilah Thrilla in Manila yang mengiringi duel ini berawal dari ucapan Ali sebelum duel. Ketika itu dia mengeluarkan kalimat berima "killa and a thrilla and a chilla, when I get that gorilla in Manila". Ini merupakan awal dari perang urat syaraf yang dilancarkan Ali, dengan menjuluki Frazier sebagai gorila.

Pertarungan ini dianggap menjadi puncak dari trilogi duel Ali dengan Frazier. Beberapa media, pengamat, dan fans menilainya sebagai salah satu pertarungan terbaik sepanjang sejarah tinju. Ali menjadi pemenang dalam laga ini dengan KO, yang membuat dia secara keseluruhan unggul 2-1 atas Frazier.

Ali tampil lebih tajam di awal pertarungan, dia dengan cukup mudah unggul di dua ronde awal. Mengandalkan kelincahan kaki dan kecepatan tangan, Ali beberapa kali melepaskan jab yang masuk ke sasaran.

Serangan Ali bukan hanya dalam betuk pukulan. Ali terus melontarkan ejekan ke arah Frazier. Dalam posisi unggul dan fisik yang masih prima, Ali banyak berkoar-koar di ronde tiga.

Di ronde kelima Frazier mulai bangkit dengan beberapa pukulannya berhasil mengenai wajah Ali. Di sisi lain, Ali lebih banyak bersandar di tali ring. Frazier terlihat mulai menguasai pertarungan di ronde enam, saat kelelahan mulai mendatangi Ali.

Strategi rope a dope (taktik petinju yang seakan-akan terpojok di tali ring dan menunggu lawan melepaskan banyak pukulan tak efektif dan pada akhirnya membuat lawan kelelahan untuk kemudian melancarkan serangan balasan) yang memberi Ali kemenangan atas Foreman tak lagi berhasil di laga ini. Meski melepaskan banyak pukulan, Frazier tak kunjung kehabisan tenaga.

Di ronde 10 situasinya kembali berubah, Frazier mulai melambat dan kelelahan sementara Ali bangkit. Di ronde 11 Ali menggunakan kecepatan yang dia punya terus menari-nari dan melepaskan pukulan kombinasi ke Frazier. Ini membuat wajah Frazier babak belur di akhir ronde tersebut, temasuk membuat matanya bengkak dengan hanya sedikit bagian terbuka untuk melihat.

Momentum itu terus dimanfaatkan Ali di ronde 12. Di ronde 13 serangkaian pukulan yang dilepaskan Ali membuat pelindung gigi Frazier terlempar ke luar ring.

Di ronde 14 Frazier nyaris tak bisa melihat lagi, dan kembali dapat serangkaian pukulan bersih yang dilepaskan Ali. Belakangan diketahui kalau Frazier menderita katarak di mata kiri, dengan mata kanan terluka parah akibat pukulan Ali, itu artinya Frazier 'buta' saat menjalani ronde terakhir (14).

Pelatih Frazier, Eddie Futch, memutuskan untuk menghentikan pertarungan saat jeda menuju ronde 15. Frazier memprotes keputusan pelatihnya itu dengan berteriak 'Aku masih menginginkan dia, Boss', sambil mencoba mengubah pendirian Futch.

"Semuanya sudah berakhir, tidak akan ada yang melupakan apa yang kamu lakukan di sini hari ini," timpal Futch sambil memberi tanda pada wasit untuk menghentikan laga.

Ali pun dinyatakan keluar sebagai pemenang.

Dalam wawancara yang dilakukan beberapa tahun setelah pertarungan itu, Ali menyebut 'Thrilla in Manila' sebagai pengalaman terdekatnya dengan kematian.

(din/krs)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads