Hal inilah yang dialami Toni Syarifudin. Toni yang baru saja mencetak sejarah dengan menjadi pebalap BMX pertama asal Indonesia yang dapat tiket ke Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Keberhasilan itu memunculkan kegembiraan besar untuknya, namun di sisi lain juga membuatnya dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah.
Menargetkan bisa bersaing saat turun di Olimpiade nanti, Toni jelas harus memaksimalkan sesi latihan yang tinggal dua bulan lagi. Yang jadi masalah kini, dia tengah menjalankan ibadah puasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini saya tidak puasa dulu karena persiapan untuk Olimpiade," kata Toni, kepada detikSport.
Meski tahun ini terasa berbeda, namun menjalani persiapan di tengah-tengah bulan ramadan baginya bukan kali pertama. Tahun 2014 ia memilih untuk tidak puasa karena harus menjalani persiapan Asian Games.
"Ya sebenarnya sayang juga karena seperti diskon pahala. Tapi namanya latihan BMX nomor sprint sangat mustahil bisa mengeluarkan tenaga 100 persen kalau kitanya sedang puasa. Apalagi BMX berkaitan dengan stamina dan power juga, karenanya saya memilih tidak puasa," ungkapnya.
Beruntungnya, ia tak sendiri menjalani latihan saat Ramadan, rekan-rekannya yang berada di pusat latihan nasional di Banyuwangi rata-rata tidak puasa karena harus menjalani latihan.
"Sebenarnya ada yang tidak tapi ada juga yang puasa walau sedang latihan. Kalau kuat diteruskan kalau tidak biasanya pada batal. Tinggal giliran saya yang menemani mereka sahur dan buka puasa," ceritanya seraya tertawa.
Diakuinya juga seringnya tidak puasa terkadang jadi PR (pekerjaam rumah) tersendiri untuk dia. Makanya, saat off season atau waktu libur, ia manfaatkan untuk membayar utang puasanya.
"Biasanya saat hari libur, seperti hari Minggu saya ambil puasanya disitu. Kalau masalah bayar bisa ambil off season," ujarnya.
Di lain sisi, tantangan Toni datang dari hal lain. Indonesia diketahui tidak memiliki lintasan supercross. Sementara di Brasil, trek yang digunakan oleh Toni nanti ialah trek supercross.
Lintasan BMX dan supercross sendiri hampir sama bentukan lintasannya, hanya yang membedakan gundukan di supercross lebih besar, starting hillnya juga mencapai 8 meter. Sementara gundukan BMX paling tinggi tinggi 5 meter.
"Jadi speed saat mau lompat kan berbeda, kalau supercross sampai 62 km per jam, kalau di Indonesia 46 km per jam, jadi bedalah. Nah di Indonesia belum ada trek seperti itu," kata Toni.
"Saya sih inginnya bisa latihan di luar negeri antara Australia, Amerika, atau Eropa. Di Amerika itu paling banyak punya trek supercross yang layak," pungkasnya.
Toni dipastikan lolos ke Olimpiade setelah Indonesia menggantikan Brasil dengan menggunakan alokasi kuota tuan rumah. Toni menjadi atlet ke-23 dari Indonesia yang lolos ke Olimpiade Rio 2016 setelah Indonesia meloloskan 10 atlet bulu tangkis, 2 atlet panahan, 7 atlet angkat besi, 2 atlet dayung, dan 1 atlet atletik. (mcy/din)











































