Toni Matangkan Teknik Dulu, Baru Jajal Trek

Olimpiade 2016

Toni Matangkan Teknik Dulu, Baru Jajal Trek

Mercy Raya - Sport
Kamis, 04 Agu 2016 13:33 WIB
Foto: ist
Jakarta - Pebalap BMX Indonesia, Toni Syarifudin, telah berada di San Diego, Amerika Serikat, sejak pekan lalu. Namun, Toni baru bisa menjajal sirkuit bernama sirkuit Chula Vista yang merupakan replika trek super cross Olimpiade Rio 2016 pada Kamis (4/8/2016) waktu setempat.

Pelatih Toni, Dadang Haries Purnomo, mengatakan, diperlukan teknik yang benar untuk menjajal trek tersebut. Karenanya, setelah tiba di San Diego dan dipandu oleh pelatih Amerika Serikat Joey Bradford, Toni fokus ke pembenahan sisi teknik balapannya dulu.

"Bradford tidak berani langsung meminta Toni untuk jajal replika Rio karena replika ini cukup berbahaya, apalagi dengan melihat kemampuan Toni. Karena itu Bradford pun fokus membenahi teknik balapannya dulu," kata Dadang lewat pesan singkatnya kepada wartawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dadang tak ingin mengambil risiko jika Toni belum mendapat kematangan teknik. Dia tak mau Toni bernasib seperti seorang pebalap Ekuador, yang mengalami cedera cukup parah setelah mencoba sirkuit replika Rio.

Sirkuit replika Rio memiliki titik start yang berada di ketinggian 8 meter dengan karakter menukik yang tajam. Untuk bisa melewati itu, setiap pebalap butuh teknik khusus. Pebalap yang tidak terbiasa di sirkuit supercross tersebut kemungkinan sulit maksimal dalam melakoni start.

"Undakan untuk melompatnya juga rata-rata berdiri tegak, besar, dan jarak antarundakan sangat jauh sehingga jika pebalap terlalu kencang akan membuat dia melayang lama di udara. Padahal yang dibutuhkan dalam lomba ialah kecepatan untuk mencapai finis," jelas Dadang.

Toni sendiri selama ini berlatih di Banyuwangi dengan ketinggian starting hill sekitar 5 meter.

Meski begitu, Dadang berharap empat kali kesempatan latihan untuk Toni bisa termanfaatkan dengan baik dan bisa membuat Toni terbiasa di sirkuit supercross. Untuk diketahui, setiap atlet hanya diberi kesempatan dua kali seminggu untuk menggunakan trek tersebut. Toni masih punya waktu sekitar dua minggu di San Diego, sebelum pelaksanaan perlombaan pada 17 Agustus.

Soal target untuk Toni, Ketua Umum PB ISSI, Raja Sapta Oktohari, tak ingin terlalu membebani atletnya. Hal ini tentu wajar, apalagi melihat pesaing-pesaing Toni yang akan turun di Olimpiade nanti cukup berat, seperti pebalap Australia, Sam Willoughby, yang dipastikan bakal turun lagi. Willoughby merupakan peraih medali perak pada Olimpiade London 2012. Selain itu, ada juga pebalap Kolombia, Carlos Mario Oquendo Zabala, yang meraih perunggu di London.

Lantas mampukah Toni? (mcy/mfi)

Hide Ads