Wakil Indonesia di Olimpiade Rio, Toni Syarifudin, terhenti di babak perempatfinal BMX supercross pada Olimpiade setelah terjatuh di run kedua. Dia juga dibekap cedera dislokasi bahu kiri. Penyebabnya, selain angin yang kencang ternyata trek supercross yang digunakan tak biasa buat Toni.
Toni sebelumnya sempat berlatih di San Diego, Amerika Serikat yang memiliki trek replika olimpiade Rio selama dua pekan. Toni juga mendapatkan kesempatan menjajal trek di Rio dua kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca dari hal itulah, Okto, sapaan karib Raja Sapta Oktohari, menyebut Indonesia perlu memiliki Sirkuit BMX yang bertaraf olimpiade.
"Saya mau buat sirkuit yang bukan hanya memenuhi standar UCI (Federasi Balap Sepeda Internasional) saja, tapi juga standar dunia, seperti yang ada di Brasil, Kolombia, dan Belanda," kata Okto.
Sebagai langkah awal, Okto telah berkomunikasi dan mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun sirkuit tersebut. Pemprov menawarkan dua opsi tempat untuk PB ISSI, yaitu di kawasan Ceger dan Rawamangun.
Menyoal desain, dirinya juga akan berkoordinasi dengan desainer sirkuit asal Amerika Serikat, Tom Ritz. Desainer dari GSX Events itu merupakan desainer yang merancang sirkuit supercross di Deodoro Olympic Park, Brasil yang jadi arena perlombaan disiplin BMX pada Oimpiade Rio 2016.
"Tapi mungkin nanti desain sirkuit baru ini tak perlu seekstrem sirkuit supercross seperti yang dimiliki Brasil, saya minta yang dapat diterima oleh Asia saja. Karena keinginan kami nanti sirkuit tersebut dapat menjadi sentra pelatihan di Asia. Jadi, pembalap BMX dari negara Asia lainnya akan berlatih di Indonesia," katanya.
"Nanti jika desain disepakati, program selanjutnya bisa melakukan tender untuk menentukan kontraktor yang akan ditunjuk mengerjakan sirkuit tersebut," tambahnya.
(mcy/fem)