Kericuhan terjadi ketika tim polo air putra Jawa Barat bertanding melawan Sumatera Selatan di babak semifinal di komplek Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
Pemain saling adu mulut bahkan ada yang terlibat pemukulan di arena pertandingan menjelang akhir babak pertama. Suporter pun ikut panas dan berteriak serta melakukan pelemparan botol-botol minuman ke bawah. Atlet -atlet DKI yang kebetulan berada di bawah terkena imbas pelemparan botol dan akhirnya kericuhan pun pecah saat itu juga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Gatot S Dewa Broto, menyayangkan hal itu bisa terjadi. Menurut dia, harusnya gelaran PON 2016 bisa sesuai dengan semangat olahraga yang tertuang dalam janji atlet.
"Hari ini akan kami kirimkan surat kepada PB PON untuk meminta klarifikasi dan jaminan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Termasuk jaminan untuk mengutamakan keamanan seluruh kontingen peserta," kata Gatot saat dihubungi lewat telepon.
Terpisah, Ketua Umum KONI DKI Jakarta Raja Sapta Ervian mengaku kecewa atas tindakan tidak sportif kepada kontingennya. Dia memprotes keras sistem keamanan di PON. Jika ada tindakan pelanggaran hukum, pihaknya akan memprosesnya sesuai sistem hukum di Indonesia.
"Kami ke sini (Jawa Barat) punya misi menghabisi semua lawan di sini, termasuk Jawa Barat. Tapi, tetap dengan cara-cara yang menjunjung tinggi sportifitas di arena pertandingan," kata pria yang akrab disapa Eyi ini.
[Baca Juga: Menpora Soal Ricuh Polo Air PON: Memalukan, Harusnya Adu Prestasi Malah Emosi]
Eyi pun mempertanyakan ribuan personel keamanan yang dikerahkan pihak penyelenggara yang nyatanya masih kecolongan. Menurutnya, petugas keamanan harus bertindak netral dan tidak boleh bertindak sebagai suporter untuk mengamankan PON secara keseluruhan.
Sebagai gambaran PB PON telah mengerahkan 13 ribu personel untuk mengamankan seluruh venue di penyelenggaraan PON 2016. (mcy/din)











































