PON Jabar: Urusan Pelayanan Oke, Prestasi Nasional Buruk

PON Jabar: Urusan Pelayanan Oke, Prestasi Nasional Buruk

Mercy Raya - Sport
Rabu, 28 Sep 2016 13:45 WIB
Foto: ist.
Bandung - Mendekati penutupan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016, 31 kontingen melakukan evaluasi. Mereka menilai soal pelayanan selama PON oke, tapi justru tidak bagus dari sisi prestasi.

Sebanyak 31 Chef de Mission (CdM) dari kontingen peserta PON berkumpul di Hotel Trans Luxury, Bandung, Rabu (28/9/2016). Mereka mencurahkan pengalaman selama mengikuti pelaksanaan PON yang dimulai sejak 17 September dan akan berakhir Kamis (29/9/2016).

Menurut Ketua Kontingen Sumatera Utara, John Ismadi Lubis, Jabar sudah melakukan tugasnya dengan baik, khusus terkait akmodasi dan transportasi buat para tamu. Sejak datang dan sebagian atlet sudah pulang setelah menyelesaikan pertandingan, pelayanan dinilai cukup bagus.

Tapi, nilai buruk justru terjadi pada pelaksanaan perlombaan dan pertandingan di cabang-cabang olahraga.

"Kejadian-kejadian di pertandingan, saya rasa itu tugas cabang olahraganya. Karena lebih banyak masalah yang dihadapi oleh cabang olahraganya, misal tidak mengakomodir, tidak melaksanakan ketentuan dan tak sesuai dengan technical hand book. Nah itu kan tugas cabang olahraganya," kata John Ismadi.

Malah, CdM Sumatera Selatan, Ahmad Taqwa, berkesimpulan kalau PON Jabar sudah tak bisa dijadikan tolak ukur pembinaan prestasi Tanah Air. Indikatornya: ketidakjelasan peraturan pertandingan, keberpihakan wasit, hingga menurunnya sportivitas menjadi sorotan utama pada penyelenggaraan kali ini.

"Saya rasa semua sudah tahu bahwa penyelenggaraan PON kali ini mengalami penurunan dan mencederai proses pembinaan prestasi daerah. Kalau seperti itu, jangan heran jika nanti prestasi Indonesia di internasional pun ikut menurun," tukas Ahmad.

Selain itu, terlalu banyaknya nomor yang dipertandingkan, hingga 756 nomor membuat para kontestan tak bisa benar-benar memantau penampilan para atletnya.

"Kami jadi sulit mengontrolnya. Makanya, ke depan kami harus putuskan bersama semua KONI Provinsi untuk ikut serta dalam menentukan cabang olahraga dan nomor cabang olahraga yang akan dipertandingkan di PON kelak," ujarnya

"Kami juga meminta, kalau ada cabang olahraga yang sekiranya sulit (tidak layak) dipertandingkan, sebaiknya dievaluasi untuk PON selanjutnya. Artinya, bisa saja cabor A tidak dipertandingkan di PON yang akan datang," ucap dia.

Dalam pertemuan itu juga muncul pertanyaan soal dominasi Jabar, DKI Jakarta, dan Jatim. Dari perhitungan 65 persen medali dikuasai oleh tiga provinsi itu.

"Ini ada apa sebenarnya makanya kita perlu ada kajian. Yang kami khawatirkan, jarak antara kontingen yang ada di tiga besar dengan peringkat empat ke bawah ini jauh sekali. Jadi ini PON seperti pertandingan di luar tiga besar. Dari mulai posisi 4 hingga ke bawah persaingannya ketat sekali," tambahnya.

Seperti yang terpantau dari situs PB PON, dua hari sebelum penutupan raihan medali emas tuan rumah tembus 200 medali emas. Disusul Jawa Timur dengan 123 medali emas, dan DKI Jakarta 121 medali emas. Sedangkan di posisi ke-4, yakni Jawa Tengah hanya menyabet 26 medali emas.

(mcy/fem)
Berita Terkait