"Waktu tahun kemarin saya merasa begitu stres. Karena operasinya baru tahun 2015 dan itu berat sekali bagi saya," ucap Debora di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kamis (20/10/2016), saat tampil di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XV.
Atlet tolak peluru dan lempar cakram dari tim Jawa Barat ini mengaku mendapatkan kembali semangat hidupnya melalui dukungan teman-temannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu Debora mulai mencari organisasi bagi penyandang disabilitas. Saat itu, ia bergabung dengan organisasi pengrajin kaki palsu. Tanpa disangka, organisasi tersebut mengenalkan dirinya dengan olahraga yang saat ini tengah ia gandrungi.
"Saya dikenalkan pelatih. Tak lama setelah ngobrol-ngobrol, saya pun diajak untuk latihan, waktu itu di nomor lempar," ungkapnya.
Debora dipanggil untuk sentralisasi pelatihan daerah (Pelatda) Jawa Barat, jelang persiapan Peparnas 2016. Pilihan tersebut bukan tanpa hasil. Terbukti Debora pun meraih medali emas.
"Tidak ada diskriminasi di antara kami. Banyak yang lebih para dari saya, dan saya juga tidak merasa sendirian. Kami semua biasa saja sesama difabel," ungkapnya.
Menurutnya, ia dan rekan-rekan selama lima bulan mempersiapkan diri menghadapi Peparnas, berlatih pagi dan sore. Wanita asal Pasir Koja, Kota Bandung, ini merasa memiliki motivasi yang besar untuk melakoninya.
"Saya tidak lagi merasa down dan tidak merasa sendirian. Kami bareng-bareng bersama atlet yang lain. Dulu saya seperti hidup sendirian. Sehari itu seperti lama sekali waktunya. Tapi selama lima bulan terakhir kami begitu menikmati hidup," tandasnya.
(a2s/din)