12 Atlet PON Terindikasi Doping, Sebagian Besar dari Jabar

12 Atlet PON Terindikasi Doping, Sebagian Besar dari Jabar

Mercy Raya - Sport
Rabu, 30 Nov 2016 13:32 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Sebanyak 12 atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 terindikasi doping. Jawa Barat menjadi daerah yang paling banyak atletnya tersangkut pelanggaran tersebut.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga provinsi Jawa Barat, Yudha Saputra, lewat sambungan telepon dengan detikSport, Rabu (30/11/2016).

Yudha menyebutkan, setidaknya ada tujuh kontingen pengprov yang atlet-atletnya terindikasi doping pada saat perhelatan PON yang berakhir September 2016 itu. Daerah-daerah tersebut di antaranya Jawa barat, Jawa tengah, Daerah Istimewa Aceh, Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Bangka Belitung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dari hasil laporan laboratorium India itu, Jawa Barat ada empat atlet, Jawa tengah tiga atlet, sementara provinsi lainnya masing-masing hanya satu atlet. Sementara untuk cabornya dari menembak, binaraga, angkat besi, dan berkuda," sebutnya.

"Kami tidak bisa mempublish namanya karena nanti akan ada pertemuan dulu antara LADI dan Kemenpora terkait hal ini. Setelah itu mereka yang akan mengumumkan siapa saja atletnya itu," kata Yudha menanggapi siapa saja atletnya.

Meski begitu, Yudha menyayangkan kejadian ini terjadi juga pada para atletnya. Sampai Gubernur Jabar Ahmad Heryawan akhirnya mengeluarkan peringatan keras, tidak akan mencairkan bonus kepada atlet Jabar terbukti doping.

"Jabar saat ini cukup tegas. Jika terbukti doping ya sesuai aturan saja maka medali akan dicabut, bonus juga tidak diberikan. Bapak Gubernur Jabar langsung mengatakan itu. Tetapi jika ternyata saat banding atlet itu lolos (tidak kena doping) maka kami akan berikan haknya," ucap dia.

[Baca Juga: Atlet PON Terindikasi Doping, Medali Bisa Dicabut]

"Saya pikir ini semua kembali ke motif individunya. Mungkin atlet ini ada rasa tidak percaya diri, sehingga meyakinkan dirinya dengan obat. Atau mungkin dia sakit lalu diberikan obat oleh dokter tapi dia tidak tahu kalau ada kandungan zat doping."

"Makanya kami sendiri juga tidak serta merta akan menyalahkan atlet. Tapi kami cukup menyayangkan juga jika ada motif sengaja dari atlet," ucapnya.

Sementara soal medali, Yudha menyerahkan keputusan kepada dewan hakim, dalam hal ini KONI Pusat, guna menentukan langkah selanjutnya. Artinya jika status peraih medali emas dicabut, apakah otomatis turun ke peraih medali perak dan begitu seterusnya, atau nama peraih dikosongkan.

[Baca Juga: LADI Tunggu Laporan PB PON soal Indikasi Doping pada Atlet]

"Ya semua itu yang akan menetapkan dewan hakim, dalam hal ini KONI Pusat. Sebab, Panitia Besar (PB) PON sendiri kan sejatinya sudah bubar. Dan, nanti juga akan ada kunjungan ke masing-masing pengprov untuk meminta kembali medali, jika atletnya benar doping," ujarnya.

Yudha berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, baik itu atlet, pelatih, dan derahnya, meskipun diakuinya hampir di setiap PON ada kejadian seperti ini.

"Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran ke depan. Dan sebaiknya Indonesia punya lembaga dan laboratoorium resmi yang terafiliasi dengan WADA. Jadi ketika ada singel event atau multievent bisa dicek terus. dan atlet pun akan lebih hati-hati," imbuh dia.

(mcy/din)

Hide Ads