Fadli yang punya nama lengkap Muhammad Fadli Imammudin itu berlapang dada dengan penanganan medis yang harus diterimanya bulan Februari 2015. Kaki kirinya, dari lutut ke bawah diamputasi.
Pemuda kelahiran Bogor 25 Juli 1985 itu tak patah semangat. Dia menerima kondisinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Baca Juga: M. Fadli, Dari Balap Motor Banting Setir ke Ajang Sepeda]
Selama menjalani pemulihan, Fadli dengan idenya sendiri berlatih sepeda. Dia nggowes semampunya.
"Balap sepeda salah satu hobi saya sejak dulu. Lagipula, balap sepeda memang bagian dari latihan saat saya masih menekuni balap motor. Itu menjadi cara instan untuk menaikkan stamina dan Vo2max. Waktu aktif balapan saya aktif bersepeda," kata Fadli yang pernah menjadi juara FIM UAM Asian Road Race 2004 Kelas 110 cc Seeded 2004 itu.
Jika di pekan-pekan awal pemulihan Fadli mampu nggowes sepanjang 10-20 kilometer, kini dia terbiasa menempuh jarak 80-100km.
"Mungkin saat saya sedang rajin-rajinnya latihan, ada yang melihat dan saya tidak tahu bagaimana prosesnya, Coach Puspita menelpon saya dan meminta untuk bisa mewakili Indonesia mengikuti paracycling," tutur dia.
Puspita yang dimaksud Fadli adalah mantan pebalap nasional yang juga pernah menjadi pengurus Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), Puspita Mustika Adya. Kebetulan Puspita sedang mencari atlet difabel untuk mewakili Indonesia pada Kejuaraan Para-Cycling Asia di Bahrain 2017.
Puspita yang sudah mengikuti jejak Fadli sejak lama pun melacak keberadaan si pebalap. Keduanya kemudian bertemu muka dan sepakat Fadli mewakili Indonesia dalam ajang itu.
(fem/din)