Rencana Nike meluncurkan hijab pada musim semi 2018 memantik respons global. Sebagai produsen apparel paling berpengaruh sejagat, agenda Nike itu dinilai memiliki makna lebih luas: eksistensi atlet berhijab mulai diakui.
[Baca Juga: Hijab Para Atlet: Bukan Sekadar Penutup Kepala]
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menangis saat mereka memperlihatkannya kepada saya. Saya makin sesenggukan ketika mencobanya. Saya terus menangis karena saya sekaligus memikirkan 'oh betapa besar perubahan persepsi dunia terhadap kami', perempuan Arab yang mengenakan hijab setiap hari," kata Manal Rostom, seorang penggemar olahraga alam bebas seperti dikutip Telegraph.
Namun, seperti dirangkum Guardian, Nike disebut bukan sebagai produsen apparel pertama yang merilis hijab. Bahkan Nike mengakuinya dengan menyebut kalau ide rancangan hijab didapatkan dari penampilan pelari Arab Saudi, Sarah Attar, pada Olimpiade 2012 London.
Sarah yang tampil pada nomor 800 meter mengenakan pakaian serba tertutup, termasuk hijab. Dia mengenakan produk bermerek Oiselle, sebuah produsen apparel olahraga yang juga bermarkas di Oregon.
![]() |
Produsen-produsen apparel olahraga yang lebih kecil lainnya bahkan sudah mengenalkan hijab berpuluh tahun sebelumnya. Capsters meluncurkan produk hijab sejak 2001. ResportOn dari Kanada adalah produk yang dipakai atlet pada kejuaraan internasional taekowndo pada 2008 dan ketika itu pula si atlet dilarang tampil.
Asiya dilahirkan dari komunitas Somalia di Minneapolis. Juga ada Sukoon Active yang berhasil menggalang dana USD 15 ribu untuk menciptakan Kickstarter. Atlet muay thai Inggris, Ruqsana Begum, malah kemudian memiliki lini hijab miliknya sendiri yang diperuntukkan bagi wanita yang getol berolahraga.
(fem/nds)