Cabang olahraga atletik di SEA Games Kuala Lumpur telah rampung. Indonesia membawa pulang 15 medali dari cabor ini. Selain lima emas, ada tujuh perak dan tiga perunggu.
Meski jumlah emasnya berkurang dari dua tahun lalu di Singapura, yakni tujuh emas, PB PASI tetap mengapresiasi capaian atletnya tersebut. Apalagi mereka memang tak memasang target muluk-muluk di event kali ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami juga tidak melihat apakah ini ditargetkan atau tidak, tetapi kami bisa melihat hasil bagus dari atlet-atlet muda kami. Sebagai contoh, atlet nomor lempar lembing atas nama Abdul Hafiz. Meski baru pertama kali turun di SEA Games, namun atlet muda itu sukses meraih medali perak. Padahal dia adalah salah satu atlet yang dibiayai PB PASI ke Malaysia," sambungnya.
"Kemudian Suwandi Wijaya yang meraih medali perak di nomor lompat jauh. Jika saja terjadi sesuatu di lompatan kelimanya itu, dia bisa mendapat medali emas. Jadi itu yang kami lihat karena kami punya sasaran mereka bisa sampai Olimpiade 2020.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto |
Meski demikian, Tigor menyadari kalau PASI sudah ditunggu pekerjaan rumah lainnya yakni Asian Games 2018. Tigor menyebut akan melakukan seleksi nasional untuk menentukan atlet-atlet yang masuk dalam pemusatan latihan. Beberapa indikatornya akan dilihat dari hasil SEA Games 2017, terlepas dari medali yang mereka peroleh.
"Secepatnya akan melakukan Seleknas. Tetapi sejak dari SEA Games kemarin kami sudah mulai mencatat. Indikator atlet yang dipilih pun nantinya tak hanya berpatok emas. Meski si atlet meraih perak, tetapi progress si atlet bagus bisa saja turun di Asian Games. Karena kami juga tak asal-asalan mengirim atlet muda ini."
PASI berharap atlet-atlet yang dipersiapkan nanti sudah terbiasa dengan multievent selanjutnya.
"Kami tetap berharap besar karena menurunkan atlet-atlet baru di SEA Games juga merupakan langkah kami percepat regenerasi. Jadi kami tidak bertumpu lama, kami beranikan diri, dengan harapan jadi satu hal yang baru tapi bermanfaat. Kami juga harap ke depan mereka terbiasa dengan multievent ini."
"Kami juga bersyukur dan puji Tuhan karena kami masih bisa melaksanakan pelatnas berkesinambungan, meski dukungan pemerintah atau Satlak Prima masih saja terlambat."
"Hanya yang mesti digarisbawahi apakah atletik masih menjadi kontribusi terbanyak Indonesia? jika masih tentu itu jadi satu hal yang perlu dicatat dan apresiasi pemerintah. Jadi jangan hanya mengejar target. Sementara kita tahu kondisinya tidak mulus seperti negara-negara lain," tutupnya.
(mcy/mrp)












































Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto