Pelatih dan asisten Timnas Boccia mengungkapkan alasan mau menangani atlet para games. Mereka terpanggil tugas mulia.
Ada satu pelatih dan dua asisten di timnas boccia untuk Asian Para Pames 2018. Sigit Fredi Hartanto merupakan pelatihnya. Dibantu oleh Andrian Martgatha Kasih dan Ulfa Fatahara Laras Fadian sebagai asisten.
Sudah tiga bulan belakangan ini, sejak Januari 2018, ketiganya mendampingi timnas Boccia. Menangani atlet boccia, yang merupakan penyandang gangguan celebral palsy, cukup menguras tenaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adrian mengungkapkan alasan mengapa dirinya mau peduli dengan para penyandang CP, yang mempunyai kelemahan saraf motorik.
"Mencari pengalaman baru, saya punya kakak yang CP. Di boccia tak sekadar melatih, harus mendampingi dari mandi, makan. Sembari bekerja juga beribadah," kata Adrian kepada detikSport.
"Ada teman yang merasa agak aneh, padahal ini pekerjaan mulia," dia menambahkan.
Alasan serupa juga diungkapkan oleh Fafa, panggilan Ulfa. Panggilan hati alasan utamanya.
"Ingin mendalami pengalaman bersama anak-anak Boccia. Ini panggilan hati," kata Fafa.
"Teman ada yang iri mengapa saya bisa mempunyai kesempatan seperti ini," kata mahasiswi Fakultas Kepelatihan Olahraga UNS itu.
Selain olahraga, boccia ternyata juga merupakan salah satu cara untuk terapi penyandang CP.
"Olahraga ini sebagai salah satu terapi. Untuk melatih saraf-saraf hingga lengan bisa digerakkan. Hasilnya tak sama setiap orang, ada yang sebulan dan ada yang berbulan-bulan," Sigit mengungkapkan.
(cas/fem)