Bukan tanpa alasan mengapa Ukraina dipilih sebagai tempat latih tanding untuk para petinju karena negara itu punya reputasi mengagumkan dalam mengembangkan olahraga tinju.
Tentu publik sudah tahu bagaimana kehebatan legenda tinju kelas berat dunia, Wladimir Klitschko, yang punya catatan 64-5 dalam kariernya sejak debut 1996. Atau Grygoriy Lomachenko yang merebut emas Olimpiade 2012 di cabor tinju kelas ringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini untuk memperkaya pengalaman atlet tinju Indonesia. Latihan dan uji coba tanding kami pilih negara Ukraina," ujar Ketua Umum PB Pertina, Johny Asadomah, dalam rilis kepada detikSport.
"Kami juga mendapat dukungan luar biasa dari Pak Syaf (Pak Syafruddin - CDM Asian Games 2018) untuk keberangkatan kami ke Ukraina," sambung pria berpangkat Brigjen yang bertugas di Polda Sulawesi Utara.
Keenam petinju yang dibawa ke Ukraina adalah Farrand Papendang (60 kg), Sunan Agung Amoragam (56 kg), Aldoms Suguro (52 kg), Libertus Gha (64 kg), Mario Blasius Kali (49 kg), dan Sarohatua Lumbantobing (69 kg).
![]() |
Tiga staf Pertina juga dibawa yakni Saidal Mursalin Saah selaku manajer serta I Gusti Made Adi Swandana selaku pelatih dan asistennya Bonyx Yusak Saweho.
Mereka juga sudah mengikuti turnamen seperti Nicolai Manger Cup dr tgl 10-14 April di kota Kherso, lalu pada tanggal 15 April sampai 1 Juni menjalani training camp di Kharkiv. Setelah itu mereka bertolak ke Kazakhstan untuk mengikuti President Cup di Astana, 2-11 Juni, sebelum kembali ke Indonesia pada 12 Juni.
Dubes RI untuk Ukraina, Yuddy Chrisnandi didampingi Head Of Canselor KBRI Gatot Amrih, sempat mendatangi kamp latihan Pertina dan menyaksikan langsung proses latihan keenam petinju itu.
Dalam sesi latihan tersebut, para petinju juga diperkenalkan dengan metode latihan menggunakan teknologi komputer untuk mengukur kecepatan pukulan, kekuatan pukulan, jeda setiap pukulan, dan konsentrasi petinju.
Sesi ini ditangani langsung oleh Professor Volentin Nawomevich, seorang ahli boxer yang mengajar di Lviv Sport University. Pria berusia 65 tahun ini sudah berkecimpung di dunia tinju sejak 1973.
![]() |
Para petinju bergiliran memukul sebuah obyek sansak, sementara sang professor mencermati layar monitor komputer. Setiap selesai sang professor menjelaskan hasilnya kepada petinju dalam bahasa Ukraina dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris.
Baca juga: Asian Games 2018 Jadi Pertaruhan Cabor Tinju |
Untuk membantu para petinju dalam berkomunikasi, KBRI juga mengutus Anton Galushka-Adaikin pemuda Ukraina yang pernah belajar bahasa Indonesia di Malang Jawa Timur tahun 2002.
"Saya spontan saja, ini mesti ada solusi. Konsen kita prestasi Indonesia. Saya bicara dan meminta Anton membantu. Kasihan petinju kita kesulitan memahami bahasa Ukraina meski sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris. Tentu lebih mudah kalau dari bahasa Ukraina langsung ke bahasa Indonesia," papar Yuddhy.
(mrp/fem)