Awal kerusuhan antara napi terorisme dengan anggota polisi di Mako Brimob, terjadi pada Selasa (8/5) malam. Dalam kejadian ini, ada 156 napi teroris yang terlibat kerusuhan dan penyanderaan terhadap polisi. Dalam kesempatan yang sama, ada 9 orang polisi yang disandera, 5 orang di antaranya gugur dibunuh secara sadis dengan luka bacokan dan tembakan, sedangkan 4 lainnya bisa dibebaskan dalam kondisi luka-luka.
Situasi ini sempat mencemaskan banyak pihak. Apalagi, dua bulan lagi Indonesia bakal menggelar hajatan olahraga terbesar di Asia, Asian Games 2018 Jakarta Palembang. Indonesia akan menjamu peserta juga tamu asing dari 45 negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bapak Wakapolri nanti ada di sana, Kepala BIN, Panglima TNI, Lembaga Sandi Negara juga ikut, pasti juga ada Badan Intelijen Strategis (BAIS TNI) dalam kepanitiaan Asian Games ini, ya saya kira harus ada antisipasi sejak awal. Seperti rekam wajah, pendeteksi awal untuk tiap pergerakan yang dicurigai," kata Imam di Wisma Kemenpora, Jumat (11/5/2018).
"Negara tak penah takut soal itu (teroris). Kami punya perangkat yang kuat. Tapi tentu ini harus dilakukan antisipasi penyadaran pada siapapun yang ingin berbuat jahat terhadap Asian Games karena ini hajat nasional untuk Merah Putih. Jika ada niat jahat mereka harus dicurigai sebagai warga bangsa," dia menambahkan.
Kasus teroris yang terjadi di Indonesia bukan kali ini terjadi. Sebelumnya, teroris juga pernah meneror Jakarta di kawasan Kampung Melayu.
"Jangan dikait-kaitkan. Sekarang pelatnas sedang berlangsung, INASGOC juga sedang berjuang. Ayo jalan. Mau ada peristiwa itu biar ditangani Wakapolri," Imam mengingatkan.
"Toh di setiap rapat koordinasi Asian Games ada pembicaraan hal itu untuk pencegahan," ujar dia. (mcy/fem)