Rudy menjadi satu dari 16 atlet yang dipersiapkan Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PB JI) menuju Asian Games Agustus mendatang. Dia bergabung pelatnas sejak Januari 2018 setelah sukses menjuarai pertandingan One Pride MMA kelas welter Desember 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Asian Games tahun ini, Rudy dihadapkan pada dua pilihan sulit, MMA atau jujitsu. Dia pun memilih untuk cuti sementara dari MMA dan lebih fokus berlatih bersama pelatnas jujitsu sampai selesainya Asian Games.
"Saya izin dari MMA dan konsentrasi di Asian Games. Setelah itu, bertanding lagi pada Oktobernya atau setelah multievent," sambungnya.
"Adaptasi dari MMA ke jujitsu tidak terlalu sulit karena sebelumnya saya pernah latihan jujitsu juga. Hanya paling perbedaannya ada beberapa hal yang tidak bisa saya terapkan di antara dua olahraga tersebut. Seperti, di MMA saya itu boleh tendang, pukul, boleh kunci, boleh sikut. Tetapi kalau di jujitsu saya tidak boleh tendang dan hanya menjatuhkan kemudian hanya mengunci dan mencari nilai poin," paparnya.
"Selain itu, jujitsu lebih halus pakai teknik dan strategi. Jadi tinggal saya harus pintar-pintar kapan harus mengeluarkan power, teknik dan lainnya karena kalau di MMA saya full power," ungkap atlet yang karib disapa Ahong ini.
Pemerintah menargetkan dua medali emas bisa dipersembahkan oleh cabang jujitsu. Ahong masuk sebagai atlet yang diandalkan untuk menyumbang salah satunya.
"Satu beban berat juga. Jadi harus latihan terus dan tidak boleh cepat menyerah. Jadi walau dalam kondisi apapun kita harus tetap bisa."
"Tapi saya kira di Asia kami bisa bersaing lahkarena atlet-atlet di sini sudah melakukan try out sebelum pelatnas ini, dan menghasilkan juara. Jadi kompetitif," tutupnya.
(mcy/mrp)