Alya, 21 tahun, batal membela Indonesia di SEA Games 2015 Singapura. Dia memilih untuk mengikuti ujian kelulusan SMA.
Pengalaman itu membuat Alya memutuskan untuk tak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dia khawatir akan disodori pilihan yang sama; kompetisi atau sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku trauma antara sekolah dan pelatnas. Setelah batal ke SEA Games 2015 itu, aku enggak mau tahu soal sekolah. Aku cuma memiliki satu tekad waktu itu, yakni aku mau jadi atlet. Orang tuaku juga bilang pendidikan itu penting, namun tak harus lewat pendidikan formal. Mereka juga bilang kalau kamu tahu itu positif enggak papa," kata Alya dalam wawancara One on One dengan detikSport.
"Lagipula, saat itu aku enggak kuliah karena fokus PON 2016 kemudian lanjut ke SEA Games," dia menambahkan.
Alya tak pernah menyesali keputusan itu. Kini, dia menjadi pemain utama di Timnas polo air putri. Bersama skuat merah Putih lainnya, dia tengah dogodok untuk persiapan Asian Games 2018.
Selain itu, Alya mulai menyadari jika pendidikan formal pun tak kalah penting dengan prestasi olahraga. Dia berencana untuk menjadi anak kuliahan pertengahan tahun ini.
Baca Juga: Alya Nadira Cinta Tak Sampai ke Sepakbola
"Selain menjadi atlet, aku juga mulai buka usaha. Itu membuat aku jadi tahu jurusan apa yang akan aku pilih saat kuliah nanti. Di sisi lain, beberapa perguruan tinggi juga menawari aku untuk kuliah di sana. Akku yakin kalau aku menjalani pilihanku dengan sungguh-sungguh enggak akan ada yang sia-sia," ujar Alya.
"Kalau melihat remaja yang bisa kuliah dengan uang dari orang tua aku sempat galau ya. Kok hidup enak banget. Tapi, aku sekarang lebih bersyukur, aku merasa beruntung di sini. Allah itu Maha Adil. Aku di sini karena aku mampu," dia menegaskan.
"Kini, aku bertekad untuk bisa sekolah setinggi-tingginya. Karena, aku ingin membuktikan kalau atlet itu enggak bodoh," ujar dia. (mcy/fem)