Pegulat-pegulat itu menjalani latihan di pemusatan latihan nasional di sasana gulat Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka digembleng selama 20 hari, mulai awal Juli hingga 22 Juli.
Pelatih timnas gulat putri, Fathurachman, mengatakan setelah di Malang, pelatnas dilanjutkan di Sukabumi untuk bergabung dengan tim putra sampai Agustus 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai persaingan di Asian Games bakal sangat berat. Lawan sudah cukup berpengalaman di ajang internasional, termasuk Olimpiade.
"Bicara target untuk putri sanngat berat. Banyak negara yang sudah pernah menjadi juara. Seperti Jepang, Cina, yang menjuarai gulat di Olimpiade," ujar Fathurachman.
"Karena itu, saya berharap besar, ketika anak-anak bertemu atlet negara Asia Tenggara bisa menang. Ini untuk kesiapan nanti pada Sea Games 2019," dia menambahkan.
Uji Coba Batal karena Tak Dapatkan Visa
Apalagi, sepanjang pelatnas bergulir, para pegulat putri minim kompetisi. Rencana uji coba ke luar negeri gagal karena terganjal visa.
"Semestinya sebulan sekali, atau dua bulan sekali mengikuti kejuaraan. Yang terjadi saat ini, kejuaraan sangat minim, sehingga mempengaruhi kesiapan atlet," dia menjelaskan.
"Ada rencana bertanding ke Italia dan Turki. Tapi batal, karena kendala visa saat itu," ujarnya.
Baca juga: Awan Setho Paling Anti dengan Buah |
Minimnya kejuaraan juga diakui Dewi Ulfa, salah satu atlet gulat putri. Dia hanya bisa pasrah melalui latihan keras demi kesiapan menghadapi Asian Games.
"Kami sudah berlatih terus, buat saya mudah-mudahan bisa dapat medali. Kami menyerahkan kepada Yang Maha Kuasa, kami sudah berusaha keras semampu kami dalam berlatih," Dewi menjelaskan.
Dewi juga menyebut, Jepang dan Cina merupakan dua negara yang merupakan lawan terberat. Para atletnya sudah beberapa kali menjuarai event gulat internasional, termasuk Olimpiade. "Jepang dan Cina adalah lawan terberat," tuturnya.
(fem/fem)