Lalu menjadi pusat perhatian publik setelah menjadi orang pertama Indonesia yang menjadi juara dunia atletik. Dia meraih medali emas dari nomor paling bergengsi lari 100 meter untuk kategori U-20.
Pemuda asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itupun kebanjiran bonus. Situasi berbeda dialami Jevron Kusmoyo dan Fauzan Noor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mengintip Persiapan Zohri Jelang Asian Games |
Deddy Corbuzier Sebut Zohri Menang Hanya Kebetulan, Maksudnya? Tonton juga videonya di sini ya:
Jevon meraih medali emas dari kejuaraan dunia junior di Brasil. Dia menjadi yang terbaik di nomor taiji pedang. Fauzan menjadi juara dunia Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) di Praha, awal tahun 2018.
"Saya kira belajar dari fenomena Zohri (Lalu M Zohri), kemarin yang menjadi viral, sehingga semua merasa peduli dengannya. Namun, tidak sedikit para juara dunia dari Indonesia di berbagai bidang namun sepi dari perhatian negara," ujar Anang di gedung DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/7/2018).
"Namun, nasib para juara ini tidak sedramatis Zohri yang mendapat perhatian luas hingga Presiden. Kita harus merombak cara negara menghargai para juara dunia ini," kata Anang.
Anang meminta ada sistem yang baku untuk mengapresiasi setiap warga negara Indonesia yang cemerlaang di panggung internasional. Itu agar pemerintah tidak tebang pilih.
"Pemerintah bisa membentuk lembaga khusus yang fokus menangani para juara dunia dari Indonesia atau lembaga yang sudah ada, namun fokus urus para juara. Mulai soal penghargaan, pembinaan, termasuk mempersiapkan untuk masa tuanya. Ini penting sebagai bentuk negara mengapresiasi para juara," Anang menyarankan. (gbr/fem)