Eko tampil di Hall A JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (21/8/2018) di antrean akhir. Lifter asal Lampung itu berhasil mencatatkan angkatan snacth kedua mencapai 141 kg, lebih tinggi ketimbang angkatan pertama 137 kg. Namun saat angkatan naik menjadi 165 kg, Eko gagal.
Strategi serupa diterapkan pada angkatan clean and jerk. Eko mengawali dengan percobaan 165 kg dan sukses. Dia pun mencoba angkatan yang lebih berat, 170 kg. Berhasil. Tapi, Eko gagal saat menjajal angkatan ketiga 175 kg.
Kendati percobaan di angkatan terakhir gagal, Eko sudah mengamankan medali emas. Sebab, total angkatan lawan jauh lebih rendah dari 311 kg, sebagai angkatan terbaik Eko.
Pelatih nasional angkat besi, Dirdja Wihardja, dia sudah melayangkan psywar pada angkatan pertama.
"Yang jelas kami mengikuti strategi kemenangan, yaitu medali emas. Kami tadi memaksa 175 kg karena sebelumnya kami sudah memetakan semua lawan-lawan, Vietnam maupun Korea Utara," kata Dirdja.
"Kami di belakang panggung juga sudah menghitung. Semisal Vietnam berapa, Korea Utara berapa? Kami selalu menghitung. Seperti tadi Eko kalau 170 kg kan, tapi Vietnam pernah juga angkatannya tembus 172 kg itu di SEA Games kemudian Kejurdun 2017 hanya 165 kg, jadi kami sudah memetakan dan strategi supaya meraih emas dulu," katanya.
Eko menegaskan strategi itu sudah dibangun bahkan sejak latihan. Dia tampil percaya diri dengan modal pernah mencapai angkatan terbaik hingga 172 kg saat latihan.
"Kalau di latihan sudah pernah memang. Makanya dari awal kami tak menjanjikan dan lebih melihat situasi di lapangan. Kalau memang bisa emas kami cari ke sana. Kalau ada angkatan lebih kami coba lebih. Jadi tadi bagaimana caranya lawan tertinggal jauh dulu dan maka itu tadi angkatan snacth-nya kami coba jauh-jauh dulu. Kemudian clean and jerknya bisa dimainkan dan mereka (lawan) mengejarnya lebih tinggi lagi," Eko menimpali.
"Ini sama saat SEA Games kemarin dimana kami agak gambling dengan start di 160 kg kemudian lompat 10 kg. Tapi kami sudah pelajari itu, makanya tadi coba start awal 165 dan amannya naik lima kg,170 kg dan kena," dia menambahkan.
(mcy/fem)
Strategi serupa diterapkan pada angkatan clean and jerk. Eko mengawali dengan percobaan 165 kg dan sukses. Dia pun mencoba angkatan yang lebih berat, 170 kg. Berhasil. Tapi, Eko gagal saat menjajal angkatan ketiga 175 kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelatih nasional angkat besi, Dirdja Wihardja, dia sudah melayangkan psywar pada angkatan pertama.
"Yang jelas kami mengikuti strategi kemenangan, yaitu medali emas. Kami tadi memaksa 175 kg karena sebelumnya kami sudah memetakan semua lawan-lawan, Vietnam maupun Korea Utara," kata Dirdja.
"Kami di belakang panggung juga sudah menghitung. Semisal Vietnam berapa, Korea Utara berapa? Kami selalu menghitung. Seperti tadi Eko kalau 170 kg kan, tapi Vietnam pernah juga angkatannya tembus 172 kg itu di SEA Games kemudian Kejurdun 2017 hanya 165 kg, jadi kami sudah memetakan dan strategi supaya meraih emas dulu," katanya.
Eko menegaskan strategi itu sudah dibangun bahkan sejak latihan. Dia tampil percaya diri dengan modal pernah mencapai angkatan terbaik hingga 172 kg saat latihan.
"Kalau di latihan sudah pernah memang. Makanya dari awal kami tak menjanjikan dan lebih melihat situasi di lapangan. Kalau memang bisa emas kami cari ke sana. Kalau ada angkatan lebih kami coba lebih. Jadi tadi bagaimana caranya lawan tertinggal jauh dulu dan maka itu tadi angkatan snacth-nya kami coba jauh-jauh dulu. Kemudian clean and jerknya bisa dimainkan dan mereka (lawan) mengejarnya lebih tinggi lagi," Eko menimpali.
"Ini sama saat SEA Games kemarin dimana kami agak gambling dengan start di 160 kg kemudian lompat 10 kg. Tapi kami sudah pelajari itu, makanya tadi coba start awal 165 dan amannya naik lima kg,170 kg dan kena," dia menambahkan.