Beberapa waktu lalu Kabidbinpres Pengurus Besar Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PB Porserosi) Jeffry Abel mengungkap target satu emas di Asian Games 2018. Harapan tertuju pada Sanggoe Darma Tanjung di cabang skateboard nomor street.
Target emas tentu bukan main-main. Di Asian Games 2018, medali itu banyak diraih China yang kini memuncaki klasemen perolehan medali sementara. Apalagi jika menilik cabang skateboard sendiri di Asian Games. Olahraga papan luncur ini baru dipertandingan di Asian Games pada 2010 di China, kemudian sempat ditiadakan di Incheon 2014, sebelum kembali dilombakan tahun ini.
Terlebih, di Asian Games 2018, Indonesia menurunkan atlet-atlet yang masih belia di skateboard. Sebut saja Aliqqa Novvery yang baru 9 tahun, Bunga Nyimas (12), Jason Dennis (14), dan Sanggoe (16). Hanya Aldwin Angkawidjaya (23) dan Pevi Permana (30) yang terbilang senior.
Di Jakabring Sport City Roller Sport, Palembang, Rabu (29/8/2018) kemarin, atlet-atlet Skateboard itu pun berpanas-panasan di trek, memanggul beban medali.
Disaksikan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Jason dkk dengan bersemangat meluncur di atas papan masing-masing. Mereka turun di empat nomor.
Bunga Nyimas turun di nomor park dan street putri, Aliqqa di nomor street putri, Jason dan Pevi di nomor park putra, serta Sanggoe dan Aldwin di nomor street putra.
Sayang, target emas yang dicapai akhirnya meleset. Di nomor park putri, Bunga gagal meraih medali. Di nomor park putra, Jason dan Pevi bisa meraih perak dan perunggu. Di nomor nomor street, yang diharapkan dapat emas, Indonesia membawa perak dari Sanggoe.
![]() |
Target medali emas nyatanya belum mampu dipikul Sanggoe. Usai perlombaan, atlet berusia 16 tahun itu mengaku grogi pada penonton yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, berharap emas diraih.
Usai perlombaan, Sanggoe menangis. Rajes Hadena, sang ayah, menyebut anaknya kecewa karena merasa gagal memberikan yang terbaik.
"Iya (menangis), dia mungkin merasa buat kita semua kecewa karena hanya bisa persembahkan perak. Bukan nangis karena sedih, tapi kecewa lantaran sudah kerja keras," jelas Rajes.
Sanggoe sendiri menjelaskan, dirinya kecewa karena gagal mempertahankan penampilannya di kualifikasi. Selain itu, gegap gempita suporter nyatanya direspons berbeda oleh psikologi Sanggoe.
"Bisa juga itu, selain itu juga kadang teriakan suporter malah bikin kaget," jelasnya.
Pelatih Charles Joaya Kusuma mengungkapkan, raihan perak (dari target sekeping emas) sudah amat cukup bagi kontingen skateboard Indonesia. Menilik usia atletnya, ini menjadi awal yang baik untuk Aliqqa cs.
"Sebenarnya ini tidak gagal. Kita sebenarnya sudah mendapat medali emas itu lewat Sanggoe. Bisa saya katakan bahwa awal targetnya adalah lolos, karena lawan yang dihadapi tidak sepadan. Lawan kami tuh istilahnya profesional," tegas Charles.
![]() |
"Dan bisa dilihat, di sini hanya Pevi yang senior. Terakhir ia dapat gelar perunggu di Makau 2007, setelahnya ya muka-muka baru. Artinya, Indonesia harus bangga punya mereka."
"Kami melihatnya target kami sudah tercapai. Meskipun bukan berupa emas, tapi berupa perjuangan. Selisih 0,5 itu adalah perjuangan. Terima kasih," jelasnya.
Selanjutnya, tim skateboard Indonesia dihadapkan pada Olimpiade 2020. Adapun SEA Games 2019 masih tentatif lantaran cabangnya belum ditetapkan.
Menilik hasil di Asian Games 2018, layak rasanya harapan-harapan disematkan pada mereka -- yang mayoritas masih belia. Namun, biarlah harapan itu meluncur bebas tanpa tekanan, layaknya roda-roda di papan luncur mereka.
Saksikan juga video 'Ribuan Penonton Hadir Saksikan Para Atlet Atletik Berlaga':
(yna/krs)