Menembak Optimistis Persembahkan Medali di Asian Para Games 2018

Menembak Optimistis Persembahkan Medali di Asian Para Games 2018

Mercy Raya - Sport
Minggu, 16 Sep 2018 14:17 WIB
Foto: istimewa
Jakarta - Atlet menembak difabel Indonesia optimistis menyumbang medali di Asian Para Games 2018. Hani Puji Hastuti dan Bolo Triyanto menjadi jagoannya.

Hani dan Bolo memiliki modal meyakinkan menuju Asian Para Games mulai 6-13 Oktober di Jakarta. Mereka andalan Indonesia sejak Asean Para Games 2015 Singapura dan sama-sama penyumbang medali perunggu. Kemudian merek sudah lolos mengamankan standar kualifikasi minimal (MQS) di Kejuaraan Dunia Para Menembak di Dubai pada Mei tahun ini.

Pelatih pelatnas menembak difabel, Saridi, mengatakan Hani lolos di dua nomor yakni, R2 10 m air rifle standing SH1 dan R3 air rifle prone. Sementara Bolo, lolos di nomor R4 air rifle standing 10 m SH2 dan R5.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya semoga dua-duanya bisa menyumbang medali. Sebab, secara peta persaingan ada dua negara yang harus diwaspadai seperti China dan Korea," kata Saridi kepada detikSport, Minggu (16/9/2018).




Selain dua negara tersebut, untuk level Asia Tenggara, penembak Indonesia juga bersaing dengan Thailand. Di ASEAN Para Games 2015 negeri Gajah Putih mendominasi dengan tujuh medali emas.

"Yang buat kita berbeda karena penguasaan atlet kita dengan mereka (negara lain) berbeda. Penguasaan atlet saya rata-rata baru satu tahun. Hanya tiga orang saja ini yang senior. Sedangkan negara lain sejak mereka lahir anak dalam kondisi disabilitas itu langsung dilatih. Sekolah saja datang ke rumah. Sementara kita peralatan sudah mahal. Senapan dan peluru kalau tidak dari NPC ya susah," kata Saridi.

Dia juga menjelaskan untuk peralatan Asian Para Games ini pun awal sampai pertengahan tahun sempat 'Senen Kemis' namun saat ini timnya sudah menerima semua peralatan baik untuk latih dan tanding.

"Alhamdullilah full semua dan lancar dapat dukungan dari Kemenpora. Sekarang sudah lengkap semua," ujarnya.

"Peralatan menembak latih dan tanding ini sama. Jadi adaptasi senjata itu harus ikut orangnya. Bukan sebaliknya. Itu lah kenapa harus sama. Jadi biar menyatu benar. Dan membedakan dengan penerapan atlet umum dengan difabel juga berbeda,"

"Jika atlet kursi roda nembak standing seperti apa? Amputasi kaki nembak seperti apa? Itu ada alat dan ukuran semuanya. Jadi tak sembarangan dan kni berpengaruh pada keseluruhan. Jika setting-an tidak pas di hati, ya tak bisa. Menembak itu harus fokus, kosentrasi semua," dia menambahkan.




(mcy/fem)

Hide Ads