Dear Volunter, Dengarkan Harapan Atlet-Atlet Disabilitas di Asian Para Games

Dear Volunter, Dengarkan Harapan Atlet-Atlet Disabilitas di Asian Para Games

Mercy Raya - Sport
Senin, 24 Sep 2018 15:07 WIB
Foto: Agung Pambudhy/detikSport
Jakarta - Volunter atau sukarelawan menjadi salah satu tulang punggung kesuksesan Asian Para Games 2018 di Jakarta. Sejumlah harapan dikemukakan atlet disabilitas.

Dalam delapan hari pelaksanaan Asian Para Games, 6-13 Oktober, bakal terlibat 8 ribu volunter. Mereka hasil seleksi dari 21 ribu pendaftar.

Mereka bertuga untuk memudahkan atlet dan penonton, serta panitia sepanjang gelaran APG. Mereka akan ebrtugas sesuaid engana deskripsi kerja dan tempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para atlet yang memiliki keterbatasan berharap volunter dapat memudahkan mereka. tapi bukan berbelas kasihan.

Atlet balap sepeda, Muhammad Fadli Imammuddin, mengimbau agar volunter yang terlibat di Asian Para Games bersikap sabar dan ringan tangan.

"Tapi, saya yakin volunter untuk Asian Para Games pasti sudah paham ya. Karena namanya disabilitas itu butuh perlakukan khusus dan ketika mereka masuk ke sana mereka sadar bahwa mereka siap," kata Fadli kepada detikSport di Jakarta, Senin (24/9).




Atlet para-cycling lainnya, Sri Sugiyanti, mengungkapkan harapan senada. Dia malah menyoroti soal tugas dan fungsi volunter agar dijalankan sebaik mungkin sesuai yang sudah diinstruksikan.

"Artinya bisa memahami kebutuhan kami yang difabel, seperti tuna netra, bagaimana perlakuannya, kan begitu," kata Sri, merupakan atlet penyandang tuna netra.

"Mudah-mudahan volunternya bisa mengerti dengan atlet difabel yang kekurangan fisik. Dan bisa memahami dalam setiap karakter difabel biar bisa sama-sama enak lah," Saiful Anwar, pebalap lain, menimpali.

Perenang difabel, Jendy Pangabean, berharap agar volunter cukup cekatan dan aktif dalam membantu.

"Misalnya, terjun secara langsung untuk membantu. Jujur dari test event kemarin volunter Indonesia yang terbaik dari semuanya. Mereka sigap dan cara mereka berkomunikasi dengan kita dari penyambutan, sampai kami datang ke wisma itu diberi salam selamat pagi pakai senyuman. Ramahnya Indonesia nomor satu lah," kata Jendi terpisah.

Meski perlu dibantu, Jendy juga menjelaskan seorang volunter harus tahu kapan dia diperlukan, kapan tidak dibutuhkan.

"Ibaratnya kami difabel tak perlu dikasihani. Mereka kalau bisa mandiri tak usah dibantu. Kecuali memang mungkin dalam posisi ini mereka tidak bisa. Bantu mereka bisa karena mereka ingin juga membuktikan bahwa mereka sama yang (dengan yang lain),' ujar Jendi.

"Makanya, penting itu aksesibilitas. Kalau bagus akses mereka tak akan minta bantuan karena di luar negeri ada yang tidak dibantu kecuali yang disabilitasnya berat. Tapi biasanya ada asistennya sendiri," ujarnya kemudian.



Simak Juga ''Song of Victory' Asian Para Games 2018 yang Banjir Pujian':

[Gambas:Video 20detik]



(mcy/fem)

Hide Ads