"Saya belajar renang dari sungai," kata Mulyadi, Senin (24/9/2018).
Saat masih kecil, Mulyadi sudah akrab dengan kursi roda. Tulang-tulang di kakinya rapuh sehingga tak bisa menopang tubuh bagian atasnya. Meski demikian, kondisi itu tak membuat Mulyadi lantas menyerah begitu saja pada kehidupan. Tulang kakinya boleh rapuh, tetapi mentalnya masih tetap kuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang kawan yang kebetulan adalah atlet renang, melihat bakat Mulyadi. Dia pun mengajak Mulyadi untuk ikut berlatih di kolam renang. Hari demi hari, Mulyadi jalani dengan sepenuh hati. Sampai pada suatu hari, sang pelatih melihat bakatnya dalam berenang.
Awalnya ia gugup. Tentu ada perbedaan ketika berenang di sungai dengan di kolam. Lagi pula dia hanya berasal dari kampung, yang untuk belajar renang tidak menggunakan jasa pelatih atau instruktur. Namun dia lawan kegugupan itu dengan kerja keras. Ketika berada di kolam, konsentrasi Mulyadi sepenuhnya tercurah di lintasan air.
Singkat cerita, kejuaraan demi kejuaraan pun Mulyadi jalani. Mulai dari level regional, nasional, hingga internasional. Pada kejuaraan Asean Para Games 2017 di Malaysia, Mulyadi berhasil raih medali perunggu.
Pada kejuaraan Asian Para Games di Jakarta nanti, ia ingin meraih prestasi yang lebih baik lagi. Mulyadi sangat ingin berlaga di panggung Paralimpiade 2020. Untuk itu dia akan tampil habis-habisan di Asian Para Games 2018.
Bangun pukul tiga dinihari, lalu mulai berlatih di kolam renang pada pukul empat pagi sudah jadi rutinitas sehari-hari.
"Lelah, capek, ya pasti, cuma kami jalani karena kami ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa ini. Dukungan suporter jelas berpengaruh sekali untuk memberikan semangat kepada kami. Pokoknya ada nilai lebih untuk kami," ujar Mulyadi.
(idr/idr)