Fadli menjadi yang tercepat di nomor trek individual pursuit putra kategori C4 (tunadaksa). Pada perebutan medali emas, dia membukukan waktu 4 menit 59,601 detik di Velodrome, Rawamangun, Kamis (10/1/2019).
Catatan waktu itu lebih sip ketimbang saat dia menyumbangkan medali emas di Asian Para Games 2017 pada nomor yang sama. Waktu itu, Fadli mencatatkan waktu 05 menit, 03,605 detik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Senang, bersyukur, ternyata kerja keras dia menghasilkan sesuatu yang baik untuk dia, saya dan keluarga. Happy banget, bersyukur," kata Astyavi.
Asty, panggilan karibnya, mengatakan apa yang didapat Fadli merupakan hasil kerja keras suaminya selama ini. Dia menyebut Fadli disiplin dalam latihan.
"Fadli itu setiap hari latihan, pagi dan sore. Dan kami dari keluarga hanya bisa berdoa saja. Alhamdulillah yang saya lihat Fadlinya itu orangnya fighting banget dan sejak menjadi pebalap motor dia tak pernah diam. Dia selalu suka banget dengan kompetisi seperti ini," dia menjelaskan.
Kehilangan kaki, dari lutut hingga telapak, saat balapan di Sirkuit Sentul, Bogor pada 2015 bagi sebagian orang mungkin seperti kiamat. Tapi tidak bagi Fadli. Insiden nahas itu yang membuat kakinya diamputasi tak menghentikan dia untuk berprestasi meski di bidang lain yaitu balap sepeda.
"Ya, hidup terus berjalan. Dia punya anak, memang butuh contoh sosok ayah. Mungkin Ali, anak saya, melihat ayahnya dulu pebalap dan hal-hal seperti itu yang jangan sampai hilang. Akhirnya Fadli balap sepeda, artinya tetap membalap. Jadi saya selalu bilang sama Fadli, hidup terus berjalan, kamu kan masih bisa dan masih sanggup, jadi ya sudah lakukan saja," kata Asty menjelaskan.
"Kebetulan setelah kecelakaan yang bisa dia lakukan di rumah cuma sepeda. Jadi dia coba itu dan ternyata dia mampu karena memang Fadli begitu orangnya, dia optimistis banget dengan apa yang dia lakukan," ujarnya menambahkan.
Asty berharap Fadli bisa mencapai mimpinya untuk menembus Olimpiade 2020 Tokyo.
"Saya cuma berharap dia tidak berubah dan tetap menjadi Fadli yang saya kenal dulu. Rendah hati, jangan lupa solat, tetap sukses, karena dia meninggalkan keluarga juga training camp di Solo saja hampir 10 bulan. Jadi harapan saya dengan segala apa yang sudah dia lakukan dan kerjakan, dia bisa kerja keras mengejar impiannya di 2020 Tokyo," dia menambahkan.