Kualifikasi Olimpiade 2020 yang Menguras Anggaran

Kualifikasi Olimpiade 2020 yang Menguras Anggaran

Mercy Raya - Sport
Sabtu, 16 Mar 2019 22:52 WIB
Olimpiade 2020 digelar di Tokyo, Jepang. (Foto: REUTERS/Fabrizio Bensch)
Jakarta - Butuh dana besar untuk menuju Olimpiade 2020. Kompetisi untuk mengumpulkan poin-poin Olimpiade yang diikuti para atlet kini bertambah banyak.

Menuju Olimpiade Tokyo 2020, ada sebanyak 33 cabang olahraga yang dipertandingkan. Indonesia punya catatan yang cukup bagus di multievent terbesar di dunia tersebut khususnya di cabang angkat besi dan bulutangkis.

Dua cabor itu yang konsisten meloloskan atletnya dan menyumbang medali. Sementara cabor lain relatif masih jadi sekadar peserta saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Hanya saja kali ini langkah untuk tampil di Olimpiade banyak berubah. Pada sejumlah cabor, atlet dituntut lebih banyak mengikuti turnamen dan mengumpulkan poin-poin jika ingin mengamankan posisi.

Angkat besi salah termasuk di dalamnya. Jika dulu diukur dari kuota negara, kini Eko Yuli Cs harus berjuang secara individu dengan mengikuti minimal enam seri kejuaraan untuk mengamankan posisi di delapan besar dunia.

Untuk menghadapi tantangan ini, Kemenpora menyiapkan dana sebesar Rp 500 miliar. Itu pun masih harus berbagi dengan persiapan multievent lain seperti SEA Games 2019 Filipina dan juga pelatnas National Paralympic Committee (NPC).

Bila dirinci, dana untuk kualifikasi Olimpiade dan SEA Games sebesar Rp 300 miliar, untuk NPC sebanyak Rp 120 miliar, sementara sisanya yakni Rp 80 miliar untuk pendampingan seperti KONI Pusat dan Monev (monitoring dan evaluasi).




Pelaksana Tugas Deputi IV bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora, Chandra Bhakti, menyadari kebutuhan cabor yang besar untuk Olimpiade. Namun pembagiannya sudah diperhitungkan sesuai kebutuhan.

"Kami sudah ada hitung-hitungan dana yang diajukan. Tinggal kembali kepada cabor karena mengumpulkan poin juga harus tahu strateginya. Seperti angkat besi enam seri itu sudah terpenuhi, kami paham kok," kata Chandra kepada detikSport, Sabtu (16/3/2019).

Karena sebelum dilakukan verifikasi oleh tim seleksi kan sudah penelitian dari para pakar, dan mereka juga sudah berkomunikasi langsung," imbuhnya.

Kemenpora sebelumnya telah membagi prioritas cabor ke dalam empat cluster. Cluster pertama adalah yang berprestasi di Olimpiade, disusul level Asian Games, SEA Games, dan terakhir cabor dengan prestasi tingkat nasional dan belum sepenuhnya terukur.




"Ini semua bisa kita lihat ketika dilakukan review, bisa kita uji di sana sehingga ketahuan nanti. Kami buat cluster sudab ada tolok ukur dan standar biayanya. Kalau kami mengikuti usulan cabor, beberapa cabor yang Olimpiade saja ada yang mengajukan Rp 40 miliar, Rp 50 miliar, dari mana kami bisa memenuhi itu? Mungkin 10 cabor sudah selesai itu," katanya.

"Makanya yang terpenting bagi kami bagaimana bisa menghitung secara realitis, objektive, dan bisa memenuhi walau tentu tidak maksimal seperti Asian Games kemarin," ujar dia. (mcy/raw)

Hide Ads