Zohri dipersiapkan mengikuti Kejuaraan Dunia Estafet di Yokohama, Jepang, 11 Mei 2019. jeda sepekan, SEIKO Golden Grand Prix 2019 dihelat di Osaka, tepatnya pada 19 Mei.
Di dua event itu, Zohri hanya didaftarkan pada lari estafet 4x100 meter bersama Eko Rimbawan, Bayu Kertanegara, dan Mochammad Bisma Abina. Zohri tak bisa manggung di nomor perorangan karena catatan waktunya belum memenuhi kriteria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana Zohri bisa ikut kejuaraan tersebut. Sekretaris Jenderal PB PASI, Tigor Tanjung, memberi penjelasannya.
"Sejak sistem kualifikasi olimpiade dibuka IAAF, kami memang harus berupaya bagaimana caranya untuk bisa lolos. Dari atlet yang kami proyeksikan selain Zohri, ada Sapwaturahman (lompat jauh), Emilia Nova (lari gawang), dan tim estafet 4x100 meter putra," kata Tigor kepada detikSport, Selasa (21/5/2019).
Untuk bisa masuk ke Olimpiade 2020 Tokyo ada dua cara yang bisa ditempuh. Cara pertama dengan world rangking alias melalui peringkat dunia pada Juni 2020 saat penutupan pengumpulan poin olimpiade, kemudian cara kedua dengan memenuhi limit yang ditetapkan, yakni 10,05 detik. Itu pun hanya 56 kuota yang diberikan dari dua cara tersebut.
PASI pun berupaya untuk bisa meloloskan atlet lewat cara apa saja. Salah satunya, dengan mencari kejuaraan yang levelnya tinggi supaya peserta yang dilawan juga lebih kuat dan skor yang diperoleh juga lumayan.
Dalam perjalananya, PASI yang sudah bangga dengan limit waktu Zohri 10,18 detik berharap bisa mendaftarkan sprinter berusia 18 tahun itu di kejuaraan-kejuaraan bergengsi seperti Diamond League dan Grand Prix, yang merupakan kompetisi kualifikasi Olimpiade 2020.
"Kalau Thailand Open, Singapura Open, tidak perlu dicari pasti diundang, tapi kalau pertandingan lain punya kriteria. Artinya mereka hanya menerima pelari yang mereka undang. Seperti, Diamond League setahun ada 14 seri, tapi status kami masih menunggu karena kelihatanya kualitas atlet kita belum sampai situ. Zohri yang kami pikir dah hebat tapi tak masuk," Tigor menjelaskan.
"Saya juga menghubungi federasi negara-negara termasuk Jepang yang notabene kami punya hubungan baik. Mereka menawarkan grand prix namun hanya untuk nomor estafet. Tadinya saya daftarkan semua, tapi mereka bilang tidak bisa," ujarnya kemudian.
"Nah, saat di Kejuaraan Asia di Doha, Zohri ternyata runner up dan pecah rekor nasional 10,15 detik, kemudian dipertajam menjadi 10,13 detik. Saya berusaha menghubungi mereka lagi. Saya bilang ke federasi sana, Zohri baru jadi peringkat dua Asia dan hanya berada di belakang pelari Jepang. Artinya yang mengalahkan dia hanya Jepang. Pertimbangkan lah bisa ikut. Akhirnya diundang lah Zohri."
"Jadi kalau dibilang Zohri pelari undangan memang semua undangan karena mereka ingin menjaga kualitas atau mutu kejuaraan mereka. Jika mereka banyak bawa pelari yang bisa bawa di bawah 10 detik, ya pasti dipilih mereka dibanding pelari 10 besar. Malah tuan rumah harus bayar uang penampilan pelarinya. Jadi tidak mudah."
Perjuangan PASI untuk bisa mengikutsertakan Zohri membuahkan hasil. Itu dibuktikan dengan catatan waktu yang juara dunia junior itu torehkan.
Zohri tampil memukau di final Seiko Golden Grand Prix Osaka 2019. Juara dunia junior itu finis ketiga dengan catatan waktu 10,03 detik.
Dia menjadi tercepat ketiga di belakang pelari Amerika Serikat Justin Gatlin dengan catatan waktu 10.00 detik dan pelari tuan rumah Jepang Yoshinide Kiryu di peringkat dua dengan catatan 10,01 detik.
"Jadi kalau sekarang dia dibilang lolos Olimpiade ya memang masuk. Karena limit waktu dia melewati 10,05 detik," kata Tigor.