Zohri tampil di Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Qatar, mulai 27 September sampai 6 Oktober. Itu akan menjadi debutnya di Kejuaraan Dunia.
Atlet lari asal Lombok Utara itu mengamankan tiket Kejuaraan Dunia setelah membukukan waktu 10,03 detik di final Seiko Golden Grand Prix Osaka 2019. Juara dunia junior itu finis di urutan ketiga dan melampaui batas limit Kejuaraan Dunia Atletik 10,10 detik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Usahakan yang terbaik semaksimal mungkin, kalau bisa capai final, ya final. Diusahakan," kata Eni kepada detikSport, Rabu (21/8/2019).
Eni mengemukakan target itu karena melihat peluang dari Zohri serta para pesaingnya. Seperti, sprinter Amerika Serikat, Justin Gatlin, yang mencatatkan waktu 10,00 detik saat di Osaka, kemudian ada pelari-pelari dari Jamaika.
"Pelari Jepang yang berlomba di Yokohama, (Yoshinide Kiryu) juga bagus. Makanya, kami usahakan capai final sudah bagus, bukan medali karena kami tidak targetkan ke sana," ujar dia.
"Soalnya waktu (golden age) dia (Zohri) masih panjang. Kami targetkan dia di usia 24-an, atau saat Olimpiade Prancis 2024. Untuk itu, kami juga tidak memaksa atau menargetkan," dia menambahkan.
Sebelumnya, Zohri pernah mematok target berlari di bawah 10 detik saat di Kejuaraan Dunia nanti. Eni mendukung tetapi dia juga meminta atletnya lebih realistis.
"Memang niat boleh (berlari di bawah 10 detik), cita-cita tidak apa-apa, cuma saat latihan kami tetap tujuannya yang terbaik. Jadi kami tidak meminta dia bisa lah (lari ) 9 detik. Kami tidak ngoyo karena (usianya) belum bisa," kata pelatih yang baru dinobatkan sebagai pelatih terbaik se-Asia ini.
"Kalau mau paksa atau karbit tak bisa bertahan lama. Bisa cedera juga. Jadi, step by step-nya harus tetap dipertahankan. Kami juga suruh dia juga untuk melihat lawan dia siapa? Harus tahu riilnya seperti apa," ujar dia.
(mcy/fem)