Kenapa Brompton? Ananda Mikola: Style dan Praktis

Terpikat Sepeda Lipat

Kenapa Brompton? Ananda Mikola: Style dan Praktis

Mercy Raya - Sport
Selasa, 17 Sep 2019 16:19 WIB
1.

Kenapa Brompton? Ananda Mikola: Style dan Praktis

Kenapa Brompton? Ananda Mikola: Style dan Praktis
Ananda Mikola salah satu penggila Brompton (Foto: koleksi pribadi)
Jakarta - Sepeda lipat semakin digandrungi masyarakat di banyak kota besar Indonesia. Buat Ananda Mikola, Brompton jadi pilihan utama karena style dan praktis.

Brompton menjadi salah satu jenis sepeda lipat yang sedang tren dengan harga puluhan juta. Meski mahal, seli (sepeda lipat) Brompton tak kehilangan penggemar.

Pebalap mobil nasional Ananda Mikola misalnya. Dia ternyata penyuka seli Brompton sejak empat tahun silam dan semakin menggemari dalam beberapa bulan terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebetulnya sudah lama, sudah 3 sampai 4 tahun lalu (punya seli Brompton). Cuma karena waktu itu teman-teman saya belum ada yang punya jadi saya jarang menggunakannya," cerita Ananda kepada detikSport.



Ananda Mikola sudah dua tahun lebih memiliki sepeda BromptonAnanda Mikola sudah dua tahun lebih memiliki sepeda Brompton Foto: Ananda Mikola


"Belakangan barulah beberapa teman saya main sepeda lipat. Saya juga banyak mengajak teman-teman yang tadinya tidak main sepeda lipat, jadi (semakin) suka, karena bukan hanya olahraga saja. Sepeda lipat juga style dan tidak terlalu serius. Pakaian casual juga bisa," dia menjelaskan.

Suami dari artis Marcella Zalianty ini pun mengungkapkan alasan memilih jenis Brompton ketimbang jenis sepeda lain.

"Saya suka jenis itu (Brompton) karena sepedanya praktis. Saya ini kan bukan yang spesialis banget terhadap olahraga. Di satu sisi, saya juga suka traveling ke luar kota, luar negeri, jadi lebih mudah membawanya. (Walau mahal) tapi kan buat kesehatan? Sakit kan lebih mahal," ujarnya.

Kegemarannya terhadap seli pun menjadikan Ananda punya kegiatan lain dari sekadar olahraga. Dia mengaku kerap memodifikasi sepedanya untuk mendapatkan kenyamanan saat mengendarainya.

"Sering banget (modifikasi) makanya sepedanya jadi banyak hahaha. Ya, sekitar empat sampai tujuh sepeda. Yang pasti saya ubah karena mencari entengnya," kata dia.

Tapi dia juga tak menampik jika dibandingkan Brompton, road bike lebih nyaman. Namun, tidak untuk kepraktisannya.

"Tetap lebih enak sepeda road bike, jauh. Bannya juga lebih besar, sementara sepeda Brompton tak terlalu enak, bannya juga lebih kecil, jadi dipakai gowes juga tak enak-enak banget. Saya melihat kepraktisannya sih dan dari fashionnya juga lebih mudah. Tidak seperti road bike yang harus lengkap jerseynya," Ananda mengungkapkan.



Lanjut ke halaman berikutnya.
Kegemaran Ananda dengan sepeda lipat Brompton memang memberi dampak positif bagi lingkungannya.

Tak mengherankan adiknya, Moreno Soeprapto, jadi ikut-ikutan menggunakan sepeda lipat ketika pergi ke kantor.

"Saya senang karena teman-teman atau adik saya, Moreno, yang tak suka olahraga, akhirnya ke kantor DPR naik sepeda," kata Ananda.

"Kemudian banyak teman saya yang tadinya hobi naik motor jadi hobi naik sepeda. Bagi saya manfaatnya juga bagus karena saat saya meeting di luar kota atau luar negeri, saya bisa masukkan sepeda itu di koper. Selain itu, pakaiannya tak seperti orang naik sepeda serius, lebih casual," dia melanjutkan.

Tak sekadar hobi, Ananda bahkan tergabung dalam komunitas seli Brompton bernama 'Brompsay". Adapun anggotanya diklaimnya mencapai 30 sampai 40 orang. "Jadi ya beberapa bulan ini lebih semangat," katanya.

Menyoal gengsi, Ananda mengaku, tak melihat dari sisi tersebut. Tetapi lebih ke nilai yang diperoleh dengan menggunakannya.

"Selain praktis, valuenya juga tetap ada. Tak mudah didapat di Indonesia karena terbatas, banyak juga teman-teman saya punya Brompton, dijual, lebih mahal harganya daripada yang saya beli."


Lanjut ke halaman berikutnya.

Meski baru sekali bersepeda di kawasan Sentul, Ananda Mikola, menyebut lokasi itu adalah yang terbaik sejauh ini. Sebab, tanpa mobil dan motor lalu-lalang.

"Sebenarnya jarang ke Sentul cuma sekali coba main ke sana karena rumah saya di Jakarta ke Sentul jauh. Saya lebih sering di Jakarta lah main sepedanya atau kadang-kadang ke luar negeri, Jepang atau Singapura main sepedanya. Itu pun sudah berapa bulan yang lalu," katanya.

Selain itu, masalah utama orang bersepeda di Jakarta adalah polusi udaranya yang tak bersih. Dengan kata lain, Sentul bisa menjadi salah satu opsi pegowes.

"Tipsnya sebetulnya pakai Brompton khusus untuk orang yang sibuk. Seperti saya sudah mulai sibuk dengan pekerjaan saya. Jadi saya pulang kantor atau sebelum itu bisa naik sepeda. Apalagi sekarang ada transportasi umum sehingga lebih mudah dilipat dan masuk di MRT," ujar dia.

Hide Ads