Harry bersama Komite Olimpiade Indonesia (KOI) sempat mengeluhkan kekurangan dana sekitar Rp 17 miliar untuk mengirim kontingen ke Filipina. Mereka membutuhkan total biaya sebesar Rp 64 miliar untuk membiayai 1.279 orang (837 atlet dan 442 ofisial). Dana itu lebih kecil dari anggaran yang disediakan pemerintah senilai Rp 47 miliar.
Di saat kekurangan dana, KOI dan Harry justru membiayai keberangkatan atlet yang semestinya menggunakan jalur mandiri. Jalur mandiri itu dipakai oleh cabang olahraga yang tak memenuhi kualifikasi target medali, namun ingin merasakan atmosfer SEA Games. Sehingga, mau tak mau federasi cabor harus membiayai keberangkatan atlet dan ofisial dengan dana sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Enggak ada atlet mandiri di SEA Games kali ini. Kami tidak ingin ada perbedaan antara atlet yang satu dengan yang lain, sebab NOC memiliki beban yang sama, misalnya uang saku harian, penginapan, tiket penerbangan, terhadap setiap atlet yang berangkat," kata Harry dalam kunjungannya ke kantor detikcom, Selasa (12/11/2019).
Nah, dana sebesar Rp 47 miliar yang dianggarkan untuk keberangkatan kontingen diutamakan untuk membiayai atlet. Sementara itu, kekurangan dana sebesar Rp 17 miliar itu akan dibebankan kepada ofisial. Usaha pertama untuk memenuhi dengan mengajukan dana kepada Kemenpora.
"Kami sedang mengupayakan kekurangan dana Rp 17 miliar itu kepada Kemenpora. Berapapun yang diberikan, kami harus menerima. Kalau masih kurang kami akan mencari sumber lain," ujar Harry.
Sejauh ini, Harry melanjutkan, KOI mendapatkan sponsor sebesar Rp 3 miliar. Tapi, dana itu akan digunakan untuk menyiapkan tim medis dan recovery untuk atlet yang terbagi dalam empat cluster di Filipina.
(fem/yna)