Alia merintis program latihan fisik cuma-cuma itu sejak tiga bulan lalu. Pada September, dia menyajikan latihan core bagi peserta. Istimewanya, Alia mengenalkan latihan core dengan latihan berdiri, bukan berbaring seperti yang banyak dikenal.
Kemudian, pada edisi kedua di bulan Oktober, Alia menyodorkan latihan strong and stretch. Dia bilang itu gabungan latihan mobility dan core.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alia, yang turut meramaikan komunitas GBK dengan menggelar acara itu di area Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) berharap agar edisi fit to play itu bisa diikuti 25-35 peserta. Menariknya dia memberikan pelatihan tersebut secara cuma-cuma.
Berawal dari Program yang Ditolak
Setelah melepaskan status sebagai atlet nasional lompat galah dan lulus dari Fakultas Kedokteran Yarsi, Alia memutuskan untuk menjadi personal trainer atau pelatih pribadi di sebuah pusat kebugaran di Jakarta. Dia bilang pekerjaan itu justru membuatnya bisa memaksimalkan ilmu dari bangku kuliah yang didapatkannya, yakni kuratif, preventif, dan rehabilitatif.
Memasuki tahun kesembilan menjadi personal trainer itu, Alia, yang waktu itu sudah menjabat sebagai manajer nasional pusat kebugaran tersebut, memutuskan pisah jalan.
"Fit In Da Park itu awalnya proyek suka-suka. Itu berawal saat dulu saya bekerja di fitness center, tapi keluar pada September tahun ini karena program saya ditolak hehehe," kata Alia.
"Saya mengajukan bikin latihan bareng yang sifatnya edukasi, untuk kalangan terbatas, untuk teman-teman saja. Tapi, ternyata programnya enggak diterima. Ya sudah saya memutuskan untuk bikin sendiri dan terbuka untuk umum," ujar Alia.